Rabu, 12 Juni 2013

tahap persalinan

PENDAHULUAN
Persalinan (partus) adalah peristiwa keluarnya janin dari uterus. Persalinan terdiri dari dua peristiwa utama yaitu proses persalinan-kala I (labor) dan proses kelahiran-kala II (delivery).
Proses persalinan (labor) : proses dilatasi dan pendataran servik yang progresif akibat adanya kontraksi uterus yang berulang serta proses meneran untuk mengawali ekspulsi produk konsepsi.

Proses kelahiran (delivery) : ekspulsi janin dan plasenta.

Tujuan penatalaksanaan pada peristiwa persalinan [partus] adalah memungkinkan berlangsungnya proses tersebut secara normal dengan komplikasi ibu atau janin yang sangat minimal.

Staf penolong persalinan harus melakukan segala sesuatu untuk :
Memberikan kenyamanan bagi pasien dan menumbuhkan adanya interaksi staf kamar bersalin dengan keluarga.
Menjelaskan proses persalinan yang sedang berlangsung.
Memberi kesempatan bagi ibu untuk kontak fisik sedini mungkin dengan bayinya yang baru dilahirkan.
Mengantisipasi setiap permasalahan atau komplikasi yang terjadi.

Penatalaksanaan terbaik pada peristiwa persalinan adalah observasi yang baik dan melakukan intervensi dengan cara dan pada saat yang tepat.

Persalinan dan kelahiran adalah peristiwa kompleks yang melibatkan prostaglandin, cytokine dan hormon seksual steroid.

Jenis persalinan didasarkan pada usia kehamilan sehingga dikenal adanya persalinan preterm yang terjadi pada kehamilan < 37 mgg .
persalinan aterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan > 37 minggu.

PERSIAPAN FISIOLOGIS MENJELANG PERSALINAN

Sebelum onset “true labor” terjadi beberapa perubahan fisiologis.

Pada nulipara, biasanya kepala janin masuk panggul ± 2 minggu sebelum persalinan [lightening].

Kontraksi Braxton Hicks menjadi semakin sering (setiap 10 – 20 menit).

Beberapa hari sebelum persalinan, servik menjadi lunak-mendatar dan sedikit membuka serta terdapat ”show” (berupa lendir bercampur darah) .

Disebut inpartu, biasanya bila dilatasi servik sudah mencapai ≥ 2 cm.
“True labor” :
Kontraksi uterus berlangsung secara teratur dan semakin sering serta intensitas yang semakin kuat.
Rasa tak nyaman pada punggung dan abdomen .
Terjadi dilatasi servik.
Kontraksi uterus tak dapat dihentikan dengan pemberian sedasi.
“False labor”
Kontraksi uterus tidak teratus dan interval semakin panjang dan intensitas tidak berubah.
Rasa nyaman terutama pada bagian bawah abdomen.
Tidak terdapat dilatasi servik.
Rasa sakit umumnya hilang dengan pemberian sedasi.

KARAKTERISTIK PERSALINAN NORMAL

Stadium persalinan dibagi menjadi 3 :
Persalinan kala I : mulai saat inpartu sampai dilatasi lengkap
Persalinan kala II : mulai dilatasi lengkap sampai janin lahir
Persalinan kala III : Kala pengeluaran plasenta
[Persalinan kala IV] : 2 jam pasca persalinan

Gambar Kurve persalinan normal dan posisi kepala janin


Menurut Friedman 1967, Persalinan kala I terdiri dari 2 fase :
Fase LATEN (dilatasi 0 – 3 cm)
Fase AKTIF (dilatasi 3 – 10 cm)
Fase aktif :
Fase akselerasi
Fase dilatasi maksimal
Fase deselerasi
Pada fase aktif, kecepatan dilatasi servik pada nulipara ± 1.2 cm dan pada multipara ± 1.5 cm. Lama kala I persalinan pada nulipara 8 jam dan pada multipara 5 jam.

Evaluasi kemajuan persalinan

Persalinan Kala I dinilai melalui kecepatan perubahan pendataran dan dilatasi servik serta desensus bagian terendah janin.

Frekuensi dan durasi kontraksi uterus bukan tanda-tanda untuk menilai kemajuan proses persalinan pada kala I.
Persalinan kala II dimulai saat pembukaan lengkap. Kemajuan persalinan kala II dinilai dari desensus - fleksi dan putar paksi dalam bagian terendah janin.

PENATALAKSANAAN PERSALINAN NORMAL

Faktor yang perlu dinilai dan dicatat dalam persalinan :
Waktu terjadinya kontraksi uterus pertama kali, frekuensi kontraksi uterus, keadaan selaput ketuban, riwayat perdarahan atau gangguan pada gerakan janin.
Riwayat alergi, medikasi, saat makan terakhir.
Tanda vital ibu, protein urine dan glukosa serta pola kontraksi uterus.
Detik jantung janin, presentasi dan tafsiran berat badan janin.
Keadaan selaput ketuban, dilatasi & pendataran servik dan derajat penurunan bagian terendah janin melalui pemeriksaan dalam (vaginal toucher) kecuali bila terdapat kontraindikasi melakukan VT (perdarahan antepartum).
Pada saat masuk kamar bersalin perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium :
Hematokrit dan hemoglobin.
Faal pembekuan darah (waktu pembekuan dan waktu perdarahan).
Golongan darah.

PERSALINAN KALA I
Pasien diperkenankan untuk berjalan-jalan sesuai keinginannya.
Tidak perlu puasa, dapat diberikan makan dalam bentuk cair.
Bila perlu dapat diberikan cairan intravena untuk memenuhi kebutuhan cairan dan kalori.
Nadi dan tekanan darah diperiksa setiap 2 – 4 jam.
Dilakukan pencatatan keseimbangan cairan (produksi urine dan cairan intravena atau peroral).
Dapat dipertimbangkan pemberian analgesia bila pasien memerlukan oleh karena merasa sangat nyeri dan tidak bisa hilangk dengan pemberian informasi mengenai jalannya persalinan.
Pemeriksaan kesehatan janin melalui pemantauan janin dengan kardiotokografi.
Pada kasus resiko rendah dengarkan DJJ tiap 30 menit (pada kasus resiko tinggi setiap 15 menit) segera setelah kontraksi uterus.
Pemantauan kontraksi uterus melalui palpasi dilakukan tiap 30 menit untUk menentukan frekuensi, durasi dan intensitas his. Pada fase aktif penilaian dilatasi dan desensus dengan VT dilakukan tiap 2 jam.
Tindakan amniotomi rutin tidak boleh dilakukan sebelum dilatasi servik lengkap.

PERSALINAN KALA II
Pada awal kala II (dilatasi servik lengkap), terdapat reflek meneran dari ibu pada tiap kontraksi uterus.
Tekanan abdomen disertai dengan kontraksi uterus akan mendorong janin keluar dari jalan lahir.
Pada kala II, kemajuan persalinan ditentukan berdasarkan derajat desensus (gambar 12.2). Pada saat bagian terendah janin berada setinggi spina ischiadica maka dikatakan penurunan pada stasion 0.
Pada primigravida, umumnya kala II berlangsung selama ± 50 menit dan pada multigravida ± 20 menit.

MEKANISME PERSALINAN NORMAL

Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul -“seven cardinal movements of labor” yang terdiri dari :
Engagemen
Fleksi
Desensus
Putar paksi dalam
Ekstensi
Putar paksi luar
Ekspulsi
Gerakan-gerakan tersebut terjadi pada presentasi kepala dan presentasi bokong.

Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan jalan lahir dengan baik sehingga dapat terjadi persalinan per vaginam secara spontan.

Engagemen
Suatu keadaan dimana diameter biparietal sudah melewati pintu atas panggul.
Pada 70% kasus, kepala masuk pintu atas panggul ibu pada panggul jenis ginekoid dengan oksiput melintang (tranversal)
Proses engagemen kedalam pintu atas panggul dapat melalui proses normalsinklitismus , asinklitismus anterior dan asinklitismus posterior :
Normal sinklitismus : Sutura sagitalis tepat diantara simfisis pubis dan sacrum.
Asinklitismus anterior : Sutura sagitalis lebih dekat kearah sacrum.
Asinklitismus posterior: Sutura sagitalis lebih dekat kearah simfisis pubis(parietal bone presentasion

Fleksi

Gerakan fleksi terjadi akibat adanya tahanan servik, dinding panggul dan otot dasar panggul.
Fleksi kepala diperlukan agar dapat terjadi engagemen dan desensus.
Bila terdapat kesempitan panggul, dapat terjadi ekstensi kepala sehingga terjadi letak defleksi (presentasi dahi, presentasi muka).

Desensus

Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut sampai awal kala II; pada multipara desensus berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik.
Penyebab terjadinya desensus :
Tekanan cairan amnion
Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong
Usaha meneran ibu
Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi lurus)
Faktor lain yang menentukan terjadinya desensus adalah :
Ukuran dan bentuk panggul
Posisi bagian terendah janin
Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan panggul akan menyebabkan desensus berlangsung lambat.
Desensus berlangsung terus sampai janin lahir.

Putar paksi dalam- internal rotation
Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar paksi dalam pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul).
Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadang-kadang kearah posterior).
Putar paksi dalam berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.

Ekstensi

Aksis jalan lahir mengarah kedepan atas, maka gerakan ekstensi kepala harus terjadi sebelum dapat melewati pintu bawah panggul.

Akibat proses desensus lebih lanjut, perineum menjadi teregang dan diikuti dengan“crowning”

Pada saat itu persalinan spontan akan segera terjadi dan penolong persalinan melakukan tindakan dengan perasat Ritgen untuk mencegah kerusakan perineum yang luas dengan jalan mengendalikan persalinan kepala janin.

Episiotomi tidak dikerjakan secara rutin akan tetapi hanya pada keadaan tertentu.

Proses ekstensi berlanjut dan seluruh bagian kepala janin lahir.

Setelah kepala lahir, muka janin dibersihkan dan jalan nafas dibebaskan dari darah dan cairan amnion. Mulut dibersihkan terlebih dahulu sebelum melakukan pembersihan hidung.
Setelah jalan nafas bersih, dilakukan pemeriksaan adanya lilitan talipusat sekitar leher dengan jari telunjuk. Lilitan talipusat yang terjadi harus dibebaskan terlebih dahulu. Bila lilitan talipusat terlalu erat dapat dilakukan pemotongan diantara 2 buah klem.







Putar paksi luar- external rotation


Setelah kepala lahir, terjadi putar paksi luar (restitusi) yang menyebabkan posisi kepala kembali pada posisi saat engagemen terjadi dalam jalan lahir.


Setelah putar paksi luar kepala, bahu mengalami desensus kedalam panggul dengan cara seperti yang terjadi pada desensus kepala.
Bahu anterior akan mengalami putar paksi dalam sejauh 450 menuju arcus pubis sebelum dapat lahir dibawah simfisis.

Persalinan bahu depan dibantu dengan tarikan curam bawah pada samping kepala janin .
Setelah bahu depan lahir, dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu posterior.

Traksi untuk melahirkan bahu harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari cedera pada pleksus brachialis.
Setelah persalinan kepala dan bahu, persalinan selanjutnya berlangsung pada sisa bagian tubuh janin dengan melakukan traksi pada bahu janin.
Setelah kelahiran janin, terjadi pengaliran darah plasenta pada neonatus bila tubuh anak diletakkan dibawah introitus vagina.

Penundaan yang terlampau lama pemasangan klem pada talipusat dapat mengakibatkan terjadinya hiperbilirubinemia neonatal akibat aliran darah plasenta tersebut.

Sebaiknya neonatus diletakkan diatas perut ibu dan pemasangan dua buah klem talipusat dilakukan dalam waktu sekitar 15 – 20 detik setelah bayi lahir dan kemudian baru dilakukan pemotongan talipusat diantara kedua klem.


PERSALINAN KALA III
Persalinan kala III adalah periode persalinan antara lahirnya janin sampai lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Akibat masih adanya kontraksi uterus, ukuran plasenta dan “plasental site” mengecil sampai tersisa 25% → hematoma retroplasenta → terjadi separasi plasenta.
Separasi plasenta umumnya terjadi 5 menit setelah anak lahir.
Penatalaksanaan kala III :
Penatalaksanaan klasik atau tradisional
Penatalaksanaan aktif
Penatalaksanan fisiologik (ekspektatif)
Separasi plasenta dan selaput ketuban dibiarkan terjadi secara spontan.
Tanda separasi plasenta :
Darah segar keluar dari vagina.
Talipusat didepan vulva menjadi bertambah panjang.
Fundus uteri naik.
Bentuk uterus menjadi bulat dan mengeras
Setelah tanda separasi muncul, dilakukan masase uterus agar terjadi kontraksi uterus. Uterus yang sedang berkontraksi didorong kearah pelvis sehingga plasenta dan selaput ketuban bergerak seperti “piston” keluar vagina.
Plasenta yang keluar dicekap dan dipeluntir agar plasenta dan selaput ketuban dapat keluar secara utuh.

Penatalaksanaan aktif
Cara ini diyakini dapat menurunkan angka kejadian perdarahan pasca persalinan dari 4% menjadi 2%.
Setelah janin lahir, disuntikkan methergin 0.5 ml i.m (atau oksitosin bila terdapat kontra-indikasi pemberian methergin)
Untuk menghindari inversio uteri traksi talipusat hanya dilakukan saat ada kontraksi uterus dan dengan meletakkan tangan suprasimfisis
Klem talipusat dipegang dengan tangan kanan dan talipusat diregangkan.
Tangan kiri melakukan masase fundus uteri, bila sudah timbul kontraksi uterus, tangan kiri dipindahkan supra-simfisis dan kemudian dilakukan tarikan talipusat secara terkendali untuk melahirkan plasenta.
Jangan melakukan tarikan pada talipusat untuk melahirkan plasenta pada saat tidak ada kontraksi uterus untuk mencegah terjadinya inversio uteri.





Inspeksi Plasenta dan selaput ketuban
Plasenta dan selaput ketuban diperiksa dengan jalan memegang talipusat untuk membuat plasenta dalam keadaan tergantung dan memeriksa “fetal surface” untuk melihat adanya pembuluh darah yang melewati tepi selaput ketuban.
Selaput ketuban diperiksa untuk memastikan tidak adanya selaput yang tertinggal dalam uterus.
“Maternal surface” plasenta diperiksa untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kotiledon yang tertinggal dalam uterus.




Retensio Plasenta
Batasan umum yang digunakan untuk retensio plasenta adalah bila plasenta tetap berada dalam uterus selama 1 jam.
Keadaan ini sering disertai dengan perdarahan pasca persalinan.

Etiologi:
Inkarserasi dari plasenta yang sudah lepas seluruhnya dengan ostium servik yang sudah menutup.
Atonia uteri.
Plasenta akreta ( melekat pada desidua dan miometrium) atau plasenta perkreta ( menembus sampai peritoneum viseralis/serosa).

Penatalaksanaan :
Bila perdarahan sangat banyak maka plasenta harus segera dilahirkan dengan cara-cara yang sudah dijelaskan atau dilakukan plasenta manual.
Plasenta akreta atau plasenta perkreta memerlukan tindakan histerektomi.
Inspeksi Jalan Lahir
Setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, perdarahan biasanya berhenti.
Bila terdapat robekan perineum atau terdapat luka akibat tindakan episiotomi maka hal tersebut memerlukan perbaikan.
Pada persalinan dengan ekstraksi cunam, inspeksi jalan lahir harus meliputi servik.
PERBAIKAN LUKA JALAN LAHIR

Episiotomi
Episiotomi adalah insisi pada perineum dan vagina yang sudah sangat teregang untuk mencegah agar tidak terjadi perluasan dan robekan jalan lahir tak beraturan yang akan dapat menyebabkan terjadinya prolapsus uteri kelak.
Pandangan saat ini adalah bahwa tindakan episiotomi tidak boleh dilakukan secara rutin oleh karena dapat menyebabkan nyeri perineum yang berkepanjangan dan gangguan hubungan seksual sampai 6 bulan pasca episiotomi.


Bila luka episiotomi meluas menjadi ruptura perinei derajat III dan IV, sfingter ani harus diperbaiki dengan baik agar tidak terjadi inkontinensia urine dan atau inkontinensia ani.

Bila episiotomi harus dikerjakan karena regangan perineum yang sangat berlebihan, maka maksud dan tujuan dari tindakan tersebut harus dijelaskan pada pasien dan keluarganya terlebih dahulu. Tindakan episotomi harus dengan ijin pasien.

Episiotomi harus dikerjakan dengan anestesi regional atau lokal.
Episotomi dapat dikerjakan secara medial [midline] atau mediolateral.

Episiotomi Mediana :

- Perdarahan sedikit.
- Mudah meluas menjadi ruptura perinei totalis.
- Tehnik perbaikan lebih mudah.
- Keluhan dispareunia atau nyeri pasca persalinan minimal .

Episiotomi Medio-lateral:
- Perdarahan lebih banyak.
- Jarang meluas menjadi ruptura perinei totalis.
- Tehnik perbaikan lebih sulit.
- Keluhan dispareunia dan nyeri pasca persalinan lebih sering terjadi.



Ruptura perinei
Dikenal 4 derajat ruptura perinei :
Derajat I : cedera pada commisura posterior, mukosa vagina dan otot dibelakangnya menjadi terbuka.
Derajat II : cedera dinding vagina bagian posterior dan otot perineum, sfingter ani utuh.
Derajat III : robekan pada sfingter ani namun mukosa rektum utuh.
Derajat IV : kanalis ani terbuka dan robekan dapat meluas ke rectum.

Prinsip perbaikan luka episiotomi :
1. Hemostasis.
2. Restorasi anatomis tercapai tanpa jahitan berlebihan.
3. Benang yang digunakan chromic cat-gut atau poliglikolik # 3-0 .


Perbaikan pada ruptura perinei derajat IV


Gambar Perbaikan ruptura perinei totalis
A. Mendekatkan mukosa dan submukosa anorektum dengan benang “absorable” (misalnya chromic # 3-0 atau 4-0 atau Vicryl. Dilakukan identifikasi tepi atas laserasi canalis ani dan jahitan ditempatkan melalui submukosa anorektum dengan jarak ± 0.5 cm kearah lubang anus.
B. Lapisan kedua ditempatkan melalui otot rectum dengan Vicryl 3-0 secara jelujur atau terputus. ” Lapisan penguat” ini harus disatukan dengan ujung luka pada sfingter ani ( berupa otot polos sirkuler sejauh 2 – 3 cm dari canalis ani)
C. Dilakukan identifikasi ujung sfingter ani eksterna yang putus dan kemudian dijepit dengan “Allis” klem
D. 4 jahitan terputus pada otot sfingter ani yang terputus posisi jam 3-6-9-12

Robekan servik
Robekan servik dapat terjadi bila pasien meneran pada saat dilatasi servik belum lengkap dan ketuban sudah pecah.
Pasca tindakan persalinan operatif pervaginam (ekstraksi cunam), dapat menyebabkan terjadinya robekan servik.
Untuk keperluan hemostasis perbaikan robekan servik harus dimulai pada apex luka.


PENATALAKSANAAN PASCA PERSALINAN
Sebelum dirawat di ruang perawatan nifas, pasien pasca persalinan harus
Keadaan umum baik .
Kontraksi uterus baik dan tidak terdapat perdarahan pervaginam.
Cedera perineum sudah diperbaiki.
Kandung kemih kosong.

Penghilang Rasa Sakit Bersalin



Yang mana pilihan Ibu?

Bagaimana rasanya melahirkan memang sulit diperkirakan. Rasa sakit yang dirasakan pun berbeda-beda. Ada yang merasakan sangat sakit sehingga perlu pertolongan untuk mengatasinya. Ada baiknya untuk mengetahui sebelumnya penghilang rasa sakit jenis apa yang tersedia untuk Ibu , maka akan lebih mudah bagi Ibu untuk membuat keputusan di tengah-tengah kontraksi.

Petidin

Penawar rasa sakit ini merupakan versi sintetis dari morfin dan mempunyai banyak kegunaan:
Hanya butuh waktu 20 menit untuk mulai berfungsi.
anyakan pada dokter Ibu untuk penggunaan zat ini.
Petidin dapat diinjeksikan atau diberikan melalui selang yang dapat dikontrol.

Petidin biasanya diberikan bersama satu obat lain untuk menghentikan perasaan tidak enak badan yang kadang terjadi. Hanya dapat diberikan selama tahap pertama proses melahirkan.

Petidin dapat memperlambat proses melahirkan. Jika diberikan segera sebelum proses persalinan, petidin dapat mempengaruhi pernafasan dan keinginan minum susu pada bayi serta membuat mereka sangat mengantuk. Bila diperlukan Ibu bisa meminta dokter Ibu memberikan penawar bius ini pada bayi Ibu. Banyak ibu baru yang merasa tertolong saat proses melahirkan dengan petidin.

Meptid

Meptid dapat diberikan bila Ibu memerlukan bantuan ekstra untuk menghadapi kontraksi yang kuat. Biasanya meptid mulai berfungsi hanya dalam 15 menit.

Meptid manfaatnya sama dengan petidin tapi tidak mempengaruhi pernafasan bayi Ibu . Namun, meptid bisa membuat Ibu merasa pusing dan tidak enak badan.

Karena Meptid tidak selalu tersedia, tanyakan pada dokter Ibu sebelumnya apakah rumah sakit Ibu benar menggunakannya.

Epidural

Bagi 90% wanita epidural membuat kontraksi mereka sama sekali tidak terasa. Karena epidural tidak menyebabkan rasa kantuk atau membuat kepala Ibu pusing, Ibu bisa mengikuti proses melahirkan dari tahap-ke tahap. Epidural pada dasarnya adalah bius lokal (mirip dengan yang dilakukan dokter gigi) yang diinjeksikan pada punggung bawah Ibu atau lewat infus, yang pelepasannya diatur waktunya.

Epidural bisa menjadi pilihan yang baik untuk membantu proses persalinan. Apabila Ibu tertarik untuk menggunakannya, Ibu bisa berkonsultasi dengan rumah sakit dan dokter Ibu terlebih dahulu.

Kapan ibu bisa menggunakan Epidural?

Sebagian besar wanita menggunakan epidural bila mulut rahim mengalami pelebaran (dilatasi) atau pembukaan jalan lahir kira-kira lima sampai enam sentimeter dan kontraksinya kuat. Jika dilatasi Ibu lebih dari itu mungkin dokter Ibu mungkin menyarankan agar menggunakan penghilang rasa sakit bentuk lain.

Apa efek sampingnya?

Bius epidural dapat membuat proses melahirkan semakin lama, karena kontraksi bisa tidak terasa, sehingga tidak tahu kapan harus mengejan. Akibatnya dokter Ibu harus memberitahu Ibu kapan harus mengejan.

Bius epidural kadang-kadang membuat Ibu sulit untuk bergerak bebas. Epidural dapat menurunkan tekanan darah, meskipun Ibu diberi infus untuk mencegahnya.

Ibu juga bisa merasa menggigil dan tidak bisa merasakan dorongan buang air kecil hingga dipasangi kateter- selang kecil yang dimasukkan ke dalam kandung kemih. Dalam kasus tertentu, bius epidural dapat menyebabkan sakit kepala, namun hal ini dapat diatasi dengan mudah.

Epidural Gerak atau Mobile Epidural

Cara ini cukup efektif menghilangkan rasa sakit selama melahirkan. Tidak seperti pada epidural, dengan cara ini Ibu masih bisa merasakan kaki Ibu . Hal itu dapat mengurangi kemungkinan bantuan persalinan karena Ibu masih bisa mengejan dengan efektif.

Epidural gerak diberikan seperti epidural biasa. Ibu bisa menggunakannya bahkan sebelum tahap pertama proses melahirkan. Epidural gerak pada dasarnya adalah kombinasi obat bius dan penghilang rasa sakit.

Bila Ibu tertarik, jangan lupa untuk berkonsultasi pada dokter dan rumah sakit tempat Ibu akan bersalin.

Kombinasi Epidural Spinal atau Combined Spinal Epidural (CSE)

Jika Ibu perlu menghentikan rasa sakit dengan cepat tetapi ingin tetap bisa berjalan, pilihan ini bisa dilakukan. CSE diberikan selama tahap pertama proses melahirkan. Penawar rasa sakit diinjeksikan ke punggung Ibu bersamaan dengan pemberian epidural. Begitu efek injeksi spinal habis, bius akan diberikan melalui saluran di epidural agar Ibu tetap terbebas dari rasa sakit.

Spinal (bius lokal)

Jika Ibu tidak ingin merasakan adanya kontraksi atau rasa sakit selama tahap kedua proses melahirkan maka pilihan ini tepat sekali, terutama jika Ibu hendak menjalani proses persalinan dengan bantuan. Spinal kadang-kadang digunakan selama tahap pertama proses melahirkan, dikombinasikan dengan epidural.

Jika Ibu memilih spinal maka Ibu akan diinjeksi di bagian punggung Ibu dengan jarum yang sangat halus. Penghilang rasa sakitnya langsung berfungsi dan berlangsung selama dua jam namun tidak dapat dihentikan.



Karena itulah maka spinal biasanya dikombinasikan dengan epidural untuk memastikan Ibu menikmati proses melahirkan tanpa rasa sakit.

Pilihan Persalinan



Memilih persalinan yang ibu inginkan

Kalau kehamilan Ibu tidak bermasalah, tentu dokter akan membebaskan Ibu memilih persalinan yang paling nyaman untuk Ibu.

Diskusikan hal ini dengan suami dan dokter. Kalau pun Ibu mau merubah pilihan, ketika saat persalinan tiba, dokter juga akan membantu yang terbaik untuk Ibu.

Melahirkan di Rumah Sakit Bersalin

Jika memilih melahirkan di rumah sakit, Ibu akan dibantu oleh para ahli dengan fasilitas lengkap. Ibu bisa memilih pereda sakit yang akan digunakan, dan mendapat fasilitas operasi caesar yang cepat selain itu, dalam keadaan darurat Ibu akan bisa ditangani dengan cepat.

Cari informasi tentang fasilitas rumah sakit sesuai pilihan persalinan yang akan Ibu jalani. Tulis pilihan persalinan yang ibu inginkan di rencana persalinan. Pihak rumah sakit tentu akan berusaha memberikan yang terbaik untuk kenyamanan pasien.

Jangan lupa, libatkan suami dalam apapun keputusan Ibu.

Persalinan alami

Persalinan alami adalah cara paling aman dan mudah untuk Ibu dan bayi Ibu. Ketika mendekati saatnya melahirkan, dokter akan memeriksa posisi bayi agar proses melahirkan berjalan aman.

Proses ini memang menimbulkan rasa sakit. Tapi sekarang kan banyak pilihan pereda sakit yang bisa Ibu diskusikan dengan dokter.

Operasi Caesar

Persalinan dengan operasi caesar atau dikenal juga dengan sebutan section caesarian akan menjadi pilihan dokter bila persalinan normal beresiko untuk Ibu dan bayi. Misalnya plasenta atau ari-ari menutup jalan lahir (plasenta previa) atau ibu mengidap pre-eklampsia / tekanan darah tinggi.

Masa pemulihan kesehatan Ibu setelah operasi caesar juga lebih lama dari persalinan alami.

Melahirkan Dalam Air

Melahirkan dalam air atau waterbirth kini banyak dipilih calon Ibu. Persalinan ini dianggap tidak menimbulkan stress atau trauma pada bayi karena mereka lahir di lingkungan yang serupa dengan suasana dalam rahim Ibu.

Bagi Ibu, persalinan ini juga mengurangi stress dan tidak terlalu membutuhkan pereda sakit. Jangan takut soal pernafasan bayi . Karena bayi belum mulai bernafas hingga mereka berada di udara terbuka.

Beberapa rumah sakit menyediakan bath-up, shower atau kolam jika Ibu memilih melahirkan dalam air. Tapi cermati dulu apa saja yang ditawarkan oleh rumah sakit .

Rencana dan Tahap Persalinan



Persalinan merupakan momen yang paling ditunggu sekaligus paling dicemaskan. Sebetulnya Moms tidak perlu takut atau kuatir menghadapi hari paling menakjubkan tersebut karena kita dapat mempersiapkan diri baik secara psikis dan fisik melalui pengetahuan yang benar tentang seluk beluk persalinan. Membuat rencana persalinan jauh-jauh hari akan mempersiapkan mental Moms lebih baik lagi.

Informasi di bawah ini tidak dimaksudkan sebagai anjuran tindakan medis. Jika Moms membutuhkan tindakan medis, kami anjurkan untuk melakukan pemeriksaan medis secara menyeluruh.

Proses Persalinan Kucing dan Pertolongannya



Tentunya anda menginginkan proses melahirkan pada kucing kesayangannya berjalan lancar.

Beberapa tips di bawah ini mungkin bisa membantu menangani kucing yang akan melahirkan agar anda tidak panik dan juga dapat meringankan proses induk kucing dalam melahirkan anak-anaknya secara normal.

Persiapan Proses Kelahiran


Setelah memasuki usia kehamilan antara 65 - 70 hari (masa melahirkan), anda harus selalu memperhatikan kondisinya, karena sewaktu-waktu kucing akan melahirkan.
Siapkan peralatan berikut ini.
- Gunting
- Benang
- Baskom
- Kapas
- Beberapa Lap Kering yang lembut (sediakan cukup banyak)
- Alcohol 70%



Proses Kelahiran

Tahap Pertama



Saat kucing sudah benar-benar akan lahir atau disebut juga masa kritis, akan ditandai dengan kegelisahan induk kucing yang semakin meningkat.
Induk akan mengeong dan berjalan berputar-putar terus, sediakan tempat seperti kardus atau nampan yang lebar dan dialasi kain kering.



Tahap Kedua


Selanjutnya air ketuban akan pecah, membasahi bagian belakang (ekor paha belakang dan sekitarnya).
Bila sudah seperti itu, umumnya tidak lama kemudian akan lahir anak kucing satu persatu.
Jika setelah 1-2 jam pecahnya ketuban dan anak kucing tidak lahir-lahir sebaiknya kucing sesegera mungkin dibawa ke dokter hewan untuk dibantu proses persalinannya, agar secepatnya dapat diambil tindakan medis jika kucing perlu penanganan tenaga profesional.



Tahap Ketiga


Pada kelahiran anak pertama biarkan dan perhatikan kucing, apakah mau membersihkan selaput yang menyelimuti anaknya (biasanya induk yang pintar dan baik akan memakan plasenta dan menjilati selaput tersebut dan merawat anaknya satu-persatu).
Namun jika tidak secepatnya ambil tindakan untuk membersihkan selaput dengan kain kering lembut hingga benar-benar kering dengan cara digosok-gosok. Jangan ragu melakukan hal ini hingga benar-benar kering, maksud dari menggosok adalah merangsang anak kucing.
Serta pastikan hidung kucing tidak tersumbat oleh lendir, dengan cara disedot menggunakan pipet untuk dapat bernafas sendiri.
Dan kemudian memotong plasenta dengan gunting yang sudah direndam alkcohol sebelumnya (agar steril), lalu tali pusatnya ikat dengan benang sekitar 1 cm dari perut anak kucing tersebut.
Selanjutnya letakkan bayi kucing tersebut pada nampan/kardus di samping induknya, bila perlu beri lampu diatasnya agar hangat.
Lakukan hal yang sama pada anak kucing yang lainnya.
Biasanya anak/bayi2 kucing tersebut berurutan kelahirannya setiap beberapa menit, namun bisa juga lebih lama dari itu, dikarenakan induknya tidak melakukan tugasnya dengan benar, atau bisa juga karena kelelahan atau hal-hal lainnya.



Tahap Keempat


Setelah semua bayinya lahir, bersihkan sisa-sisa bekas melahirkan tersebut sampai bersih dengan menggunakan pembersih lantai yang mengandung anti bakteri.
Umumnya induk kucing akan beristirahat sejenak sambil membersihkan tubuhnya, kemudian dia akan memberikan susu pertama yang mengandung colostrum pada anak-anaknya.



Tahap Kelima


Letakan tempat makan dan minum di dekatnya agar sang induk tidak berlama-lama meninggalkan anaknya bila ingin minum ataupun makan, sehingga induknya merasa aman dan nyaman dalam melindungi anak-anaknya.

TANDA SERTA TAHAP PERSALINAN

1. Diawali kontraksi
Normalnya, di minggu ke 38-40 kehamilan, kepala janin sudah mulai turun ke rongga panggul. Bersamaan dengan itu, otot-otot rahim pun mulai melakukan gerakan mengerut dan meregang secara bergantian, terus-menerus secara teratur. Gerakan otot rahim seperti inilah yang disebut kontraksi.
Seperti apakah rasanya? Ada yang mengatakan nyeri seperti diperas, kaku dan tegang di perut, khususnya bagian bawah, atau mulas seperti ingin buang air besar.
Frekuensi terjadinya kontraksi semakin lama semakin meningkat, begitu juga dengan kekuatannya. Awalnya, jarak waktu antara kontraksi yang satu dan selanjutnya cukup panjang, biasanya selang satu jam. Lalu, semakin memendek, bisa tiap 30 menit, 15 menit, dan menjelang waktunya bayi lahir, jarak kontraksi bisa mencapai 2 atau 1 menit sekali.Sewaktu jarak antar-kontraksi masih jauh, mungkin rasa nyeri terasa hanya pada bagian atas perut. Namun seiring dengan kemajuan proses awal ini, rasa nyeri semakin menjalar ke bagian bawah perut, bahkan ke arah bawah punggung dan belakang pinggang. Saat mulut rahim sudah membuka sempurna, rasa nyeri yang hebat di daerah tadi akan terasa sangat kuat.


2. Jalan lahir membuka
Saat otot rahim mengerut, ukuran rahim akan mengecil, sehingga kepala janin semakin terdorong ke arah bawah (jalan lahir). Bersamaan dengan itu, mulut rahim sedikit demi sedikit mulai membuka.
Perlu Anda ketahui, sejak terjadinya kehamilan, secara alami mulut rahim tertutup oleh semacam sumbat berupa lendir kental. Sumbat lendir ini bertugas menjaga agar kehamilan bisa terus berjalan sekaligus melindungi janin dari kuman. Nah, pada awal tahap pembukaan mulut rahim, sumbat lendir itu terbuka dan lendir (yang berwarna merah muda) keluar melalui vagina.
Mulut rahim yang semula hanya membuka sedikit, seiring dengan datangnya kontraksi yang semakin kuat, akan terus melunak dan terbuka semakin lebar. Lama-kelamaan, mulut rahim akan terlihat semakin datar dan menyatu dengan rahim bagian bawah. Saat inilah pembukaan lengkap terjadi.
Pembukaan mulut rahim biasanya dihitung dengan satuan sentimeter (cm). Bila dokter mengatakan mulut rahim Anda sudah pembukaan 8, artinya jalan lahir sudah membuka sepanjang 8 cm. Pembukaan mulut rahim dikatakan lengkap bila sudah mencapai pembukaan 10, atau 10 cm.
Lamanya tahap pembukaan jalan lahir dari awal hingga sempurna, bervariasi pada setiap kehamilan. Namun, secara gamblang tahap persalinan dibagi atas:
* Kala/tahap I laten: di mulai dari tanpa pembukaan sampai pembukaan 2, yang bisa berlangsung 24-48 jam,
* Kala I aktif: dimulai dari pembukaan 3-10, yang berlangsung sekitar 7 jam pada persalinan anak pertama, 3 1/2 jam pada persalinan bukan pertama.
* Kala II: disebut fase mengejan, pada pembukaan 10/lengkap yang bisa berlangsung maksimal 1 jam.
* Kala III: adalah fase melahirkan plasenta, hanya berlangsung sekitar 15 menit.
Penting diingat, menjelang akhir kala I, meski Anda merasakan mulas yang luar biasa, Anda masih belum boleh mengejan. Sebab, saat ini mulut rahim belum membuka sempurna. Bila Anda mengejan saat ini, bisa mengakibatkan jalan lahir membengkak dan terjadi perobekan.
Jadi, harus bagaimana? Bernapaslah dalam-dalam dan hembuskan perlahan. Lakukan hal ini berulang-ulang setiap kali rasa nyeri yang luar biasa itu datang.
Bila mulut rahim sudah membuka sempurna, artinya Anda sudah melewati tahap pertama dari proses persalinan, dan siap menuju tahap kedua, yaitu kelahiran bayi.


3. Siap lahir
Bila tidak ada hambatan, misalnya tali pusar yang melilit anggota tubuh janin, maka tahap yang dikenal dengan kala II ini berlangsung jauh lebih cepat dibanding tahap sebelumnya. Ada yang melewatinya tidak lebih dari 30 menit, meski ada juga yang lebih.
Pada tahap ini, kepala janin yang memang sudah tepat berada di mulut rahim akan terus mendesak. Bersamaan dengan itu, secara alamiah, rahim dan vagina akan membentuk semacam cekungan yang menjadi jalur untuk dilewati bayi. Saat ini, Anda akan merasakan tekanan yang sangat kuat di daerah perineum (daerah antara vagina dan anus).
Saat kepala janin sudah di ambang pintu dan siap keluar, lendir dan darah yang keluar dari vagina semakin bertambah. Selain itu, desakan kuat kepala janin akan menyebabkan kantung ketuban pembungkus janin pecah lebih awal atau saat pembukaan lengkap, sehingga cairan ketuban keluar membasahi daerah vagina. Cairan ini sekaligus membuat jalan lahir semakin licin yang justru memudahkan bayi meluncur keluar dengan mulus. Setelah pembukaan benar-benar lengkap dan kepala bayi sudah terlihat di pintu lahir, saat inilah Anda diijinkan mengejan.
Ikuti saja baik-baik panduan penolong persalinan Anda. Ikuti aba-abanya, kapan Anda menarik napas dan kapan waktunya mengeluarkan napas sambil mengejan, Mengapa harus demikian? Sebab, saat mengejan harus dilakukan berbarengan dengan saat kontraksi datang, sehingga bayi akan lebih mudah meluncur di jalan lahirnya.
Saat kepala bayi berhasil keluar dari mulut vagina, bagian tubuh bayi yang masih di dalam secara alami akan berputar dengan sendirinya. Kondisi ini memungkinkan bagian bahu dan seluruh tubuh bayi keluar. Kini sambutlah kehadiran buah hati Anda di dunia dengan penuh cinta dan syukur. Anda bisa meminta penolong persalinan untuk membawakan bayi Anda sesaat dalam dekapan Anda.


4. Pelepasan Plasenta
Dengan lahirnya sang buah hati, purna sudah tugas plasenta atau ari-ari yang selama ini menemaninya di dalam rahim. Plasenta yang selama 9 bulan lebih bertugas mensuplai nutrisi dan oksigen, mengeluarkan sisa metabolisme serta sebagai organ yang menyalurkan antibodi ke tubuh janin, juga harus dilahirkan. Proses yang terjadi dalam tahap ketiga ini biasanya berlangsung tidak lebih dari 15 menit. Setelah bayi keluar, kontraksi masih terus berlangsung, meski tidak sehebat sebelumnya. Tujuannya untuk membantu melepaskan plasenta dari tempat menempelnya di dinding rahim. Hampir sama seperti proses kelahiran bayi, Anda akan diminta mengejan bersamaan dengan datangnya kontraksi.
Untuk memeriksa apakah seluruh plasenta sudah terlepas dari dinding rahim atau belum, penolong persalinan akan menekan perut Anda. Setelah itu, ia akan menarik perlahan-lahan tali pusar agar plasenta bisa keluar. Setelah seluruh plasenta beserta tali pusar keluar, barulah tubuh Anda dibersihkan. Kini selesailah sudah seluruh tahap proses persalinan. Anda pun memasuki babak baru dalam hidup Anda, yakni menjadi seorang ibu.

Memahami Proses Persalinan


Proses persalinan merupakan momen yang sangat dinanti. Kehamilan secara menyeluruh akan diakhiri dengan terjadinya kelahiran. Persalinan yang telah dekat akan ditandai dengan beberapa gejala di antaranya terjadinya pembukaan mulut rahim. Pecahnya ketuban dan terjadinya kontraksi yang kontinyu atau teratur. Jika ketiga tanda-tanda tersebut telah muncul maka calon ibu diharapkan segera ke dokter yang akan menangani proses persalinan selanjutnya. Bagaimana proses persalinan tersebut berlangsung? Berikut uraiannya.

Pada dasarnya, dalam dunia medis, proses persalinan dibagi menjadi tiga tahapan yakni tahap kala 1, tahap kala 2 dan tahap kala 3. Tahapan kala 1 adalah stadium dilatasi serviks. Kala 1 ini berlangsung mulai dari onset persalinan sampai pada dilatasi serviks yang kompleks. Durasi waktu secara umum dari kala 1 ini adalah 10 sampai 12 jam di primigravida nda antara 4 hingga 6 jam pada multipara. Kala 1 ini juga disebut dengan nama tahap pembukaan sebab memang dimulai dengan keluarnya lendir bercampur darah yang merupakan penutup mulut rahim. Kala 1 ini dibagi lagi ke dalam dua fase yakni fase laten dan juga fase aktif. Fase laten ditandai dengan terjadinya pembukaan serviks yang berjalan lambat hinnga ukuran 3 cm. Sementara itu fase aktif adalah tahapan yang dibagi lagi ke dalam 3 subfase yakni akselerasi, steady dan juga deselerasi. Di akhir kala 1, pembukaan jalan lahir sang janin sudah mendekati sempurna dan ditandai dengan kontraksi yang sering dan makin kuat.



Adapun kala dua, berlangsungnya dari dilatasi lengkap serviks sampai pada kelahiran janin. Kala dua ini sendiri bisa berlangsung selama tiga perempat sampai 1 jam di primigravida dan berkisar di angka 15 hingga 30 menit pada multipara. Kala 2 biasa juga disebut dengan tahap keluarnya bayi dari perut ibunya. Pada fase ini perasaan mulas mulai terkoordinir dan semakin kuat. Kepala bayi mulai turun dan masuk ke dalam ruang panggul hingga tejanan pada otot akan menimbulkan rasa layaknya mengedan. Ibu akan merasaan sensasi seperti saat hendak buang air besar. Saat mengedan, kepala sang janin akan mulai terlihat dan bagian luar vagina kemudian membuka. Sementara itu area antara anus dan vagina akan meregang. Dengan mengedan secara teratur dan rileks, maka bayi akan lahir yang dimulai dari kepala dan kemudian semua badan.




Tahapan proses persalinan yang terakhir adalah kala tiga yang merupakan stadium dimana terjadi pelepasan dan keluarnya plasenta. Proses ini bisa memakan waktu 5 menit sampai 1 jam dengan rahim yang terus berkontraksi setiap 2 sampai 3 menit.

Proses persalinan biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah:


Power. Merupakan kekuatan atau tenaga yang bersumber dari kontraksi dan juga retraksi otot-otot pada rahim ibu. Selain itu, kekuatan ini juga bersumber dari kontraksi otot pada bagian perut juga diafragma saat ibu mengejan.
Faktor selanjutnya adalah passage. Janin yang hendak dilahirkan harus melalui rongga panggul, servisk dan kemudian vagina. Agar bisa keluar, janin harus bisa mengatasi tekanan yang dimunculkan oleh struktur panggul.
Faktor selanjutnya adalah passanger. Merupakan jalan lahir bagi janin dan juga bagian janin yang paling besar yakni kepala.

Tahap-tahap persalinan

Setiap perempuan akan mengalami proses persalinan yang berbeda satu sama lain. Ada yang hanya beberapa jam, ada juga yang memakan waktu hingga berhari-hari. Pada prinsipnya, proses persalianan terdiri dari 4 tahap, yaitu :
Kala 1, yang terdiri dari fase laten dan fase aktif
- Fase laten
Berlangsung selama kira-kira 8 jam. Pada fase ini pembukaan servik terjadi sangat lambat, hingga diperoleh ukuran pembukaan servik berdiameter 3 cm, disertai his dan keluar lendir bercampur darah (bloody show). His masih dalam intensitas ringan, menyerupai kontraksi braxton hicks tetapi frekuensinya teratur (15-20 menit sekali) dan tiap his berlangsung selama 30-60 detik.

Bila kontraksi (his) semakin kuat dan sering (tiap 5 menit sekali) atau terjadi pecah ketuban, anjurkan ibu untuk segera pergi kerumah sakit atau rumah bersalin. Bagi primipara, fase ini mungkin menjadifase terlama dalam persalinan.

- Fase aktif
Fase aktif ini terbagi lagi menjadi 3 fase, yaitu :


1. Fase akselerasi. Pada primigravida, pembukaan servik bertambah dari 3 cm menjadi 4 cm dalam waktu sekitar 2 jam.
2. Fase dilatasi maksimal. Pembukaan servik berlangsung lebih cepat, yaitu dari 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam.
3. Fase deselerasi. Pembukaan servik melambat, dari 9 cm menjadi lengkap (10 cm) dalam waktu 2 jam.


Pada fase aktif, his berlangsung lama (60-75 detik), lebih kuat, dan inervalnya lebih pendek (tiap 1-3 menit)
Kala 1 berlangsung selama lebih kurang 13 jam pada primigravida dan lebih kurang 7 jam pada multipara.
Usahakan agar ibu hamil bersikap rileks karena dengan semakin rileks maka hambatan terhadap kontraksi rahim dapat mempersulit proses pembukaan dan penipisan servik akan semakin berkurang. Anjurkan ibu hamil untuk berjalan-jalan dan menjaga agar tubuh tetap tegak untuk membantu memperlancar kontraksi. Hindari posisi berbaring telentang dalam wajtu lama. Jika ibu hamil harus menjalani tirah baring (bed rest), anjurkan ibu untuk berganti-ganti posisi tidurnya sesering mungkin. Ibu hamil hendaknya berlatih untuk bernafas secara perlahan dan dalam untuk memperoleh relaksasi, juga penting bagi ibu hamil mengosongkan kandung kemihnya, dengan buang air kecil tiap jam menjelang partus.




- Kala II
Tahap ini mungkin merupakan fase tersulit tetap juga paling singkat waktunya. His semakin kuat dan lebih cepat, sekitar 2 hingga 3 menit sekali.
Kepala janin sudah turun memasuki rongga panggul berotasi, hingga mencapai dasar panggul. His yang terjadi akan menimbulkan tekanan pada otot-otot dasar panggul. Akiatnya timbul keinginan mengejan.
Perinium menonjol, melebar, dan menipis dan anus membuka. Labia mulai membuka, kemudian tampak kepala bayi dalam vulva pada saat his. Dengan tenaga mengejan dari ibu dan kekuatan his, kepala bayi dilahirkan. Sesudah kepala lahir seluruhnya, kepala mengadakan putaran paksi luar. Kemudian his timbul kembali untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi.


- Kala III
Kala III berlangsung mulai dari bayi lahir hingga plasenta lahir lengkap.
Enam hingga lima belas menit sesudah bayi lahir, terjadi kontraksi uterus yang disertai dengan pelepasan dan pengeluaran plasentasecara spontan atau dengan tekana pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan darah, jumlah volume darah yang keluar bersama plasenta ini maksimal sebanyak 400 ml. Lakukan pula pemeriksaan apakah plasenta tersebut sudah dikeluarkan secara utuh dan lengkap.


- Kala IV
Kala IV berlangsung hingga 2 jam sesudah plasenta lahir. Pada periode ini penting dilakukan pemeriksaan terhadap kontraksi uterus (rahim), perdarahan pervaginam atau perdarahan dalam, juga tekanan darah ibu dan tanda-tanda vital lainnya.

tahap persalinan


Image by : Dokumentasi Ayahbunda

Anda akan merasakan dan mengenali kontraksi persalinan yang sesungguhnya, biasanya terjadi setiap 15-20 menit sekali. Keluar lendir di celana dan ketuban bisa pecah atau rembes. Bersiaplah untuk pergi ke rumah sakit, tunggu dan tetap tenang.

Apa yang terjadi?

Kontraksi sesungguhnya. Kini Anda bisa merasakan dan mengenali kontraksi persalinan sesungguhnya. Rasanya mirip kejang saat haid. Awalnya kontraksi berlangsung 30 detik dengan jarak teratur, setiap 15-20 menit sekali. Seiring kian dekat proses persalinan, kontraksi berlangsung semakin lama, sering dan kuat. Setiap kali kontraksi, serabut otot rahim memendek. Akibatnya, leher rahim tertarik ke atas. Penarikan “memaksa” leher rahim membuka mulut makin lebar. Itulah yang disebut dilatasi leher rahim atau pembukaan. Tahap pertama persalinan adalah saat leher rahim meregang dan membuka, berlangsung rata-rata 8-10 jam, ada juga yang hingga 24 jam.
Ada lendir di celana. Lendir kemerahan atau kecokelatan keluar dari vagina mendahului atau bersamaan dengan kontraksi. Itulah lendir yang semula “menyumbat” leher rahim sejak awal kehamilan. Kini ia terdorong keluar oleh kontraksi.
Ketuban bisa pecah/rembes. Umumnya ketuban pecah pada akhir tahap pertama persalinan. Cairan ketuban berwarna putih keruh (mirip air kelapa muda) sebab bercampur lanugo (rambut halus pada janin) dan verniks caseosa (lemak kulit bayi). Berbeda dengan air seni, jumlah cairan banyak dan tidak bisa distop.

Lakukan ini:

Alihkan rasa sakit kontraksi dengan melakukan hal yang membuat relaks dan mengalihkan perhatian, misalnya menonton film, membaca buku atau mandi air hangat.
Pergi ke rumah sakit sekarang, apalagi bila ketuban sudah pecah dan jarak waktu antar kontraksi sudah 5 menit sekali. Dokter atau bidan akan memeriksa kondisi Anda dan bayi, dan memastikan apakah proses persalinan sudah dimulai dan berapa pembukaan.
Bahas rencana persalinan, termasuk pelaksanaan IMD (Inisiasi Menyusu Dini).
Tunggu dengan tenang. Berjalan-jalan di sekitar kamar, berbaring setengah duduk, miring ke kiri agar aliran darah ke rahim lebih baik, atau memraktikkan tehnik bernapas saat kontraksi semakin kuat... Ikuti saja insting dan apa yang “diperintahkan” tubuh. Minta obat pereda nyeri kepada dokter? Boleh!

Tahapan Dan Hormon Pada Proses Persalinan

Tahapan dan Hormon pada Proses Persalinan - Proses persalinan dalam ilmu kedokteran dibagi dalam 4 tahap. Perhatikan Gambar 1. Pada tahap I, mulai terjadi pembukaan jalan lahir dari 1 cm sampai lengkap (10 cm). Dalam proses persalinan normal, tahap pertama ini memerlukan waktu sekitar 20 jam untuk anak pertama. Memasuki tahap II, yaitu setelah pembukaan jalan lahir lengkap sampai bayi lahir. Biasanya, tahapan ini memerlukan waktu sekitar dua jam. Selanjutnya tahap III, mulai saat bayi lahir sampai keluar ari-ari. Pada tahap ini, otot rahim berkontraksi, serviks membesar, dan bayi didorong ke luar. Persalinan yang normal umumnya kepala bayi keluar terlebih dahulu dan diikuti bagian tubuh lainnya. Pada saat berkontraksi, amnion pecah, dan cairan amnion keluar bersama bayi untuk melicinkan jalan keluar. Secara normal, tahapan ini hanya memerlukan waktu setengah jam. Tahap IV, yaitu dua jam pasca kelahiran. Beberapa saat setelah bayi lahir dilakukan pemotongan tali pusar. Pada tali pusar tidak terdapat jaringan saraf sehingga tidak terasa sakit sewaktu dipotong. Keluarnya plasenta terjadi kira-kira tiga puluh menit setelah bayi keluar karena dinding rahim berkontraksi lagi.


Gambar 1. Tahapan persalinan secara normal

Proses persalinan tidak dapat terlepas dari pengaturan hormon. Adapun jenis hormon yang berperan pada proses persalinan sebagai berikut.

Hormon relaksin, mempengaruhi fleksibilitas simfisis pubis.
Hormon estrogen, berperan mengatasi pengaruh hormon progesteron yang menghambat kontraksi dinding rahim.
Hormon prostaglandin, dihasilkan semua sel dalam jumlah sedikit untuk mengatasi pengaruh progesteron.
Hormon oksitosin, mempengaruhi kontraksi dinding uterus.
Bayi yang tidak normal, terlalu besar atau posisinya melintang, harus dilakukan bedah sesar. Operasi ini dilakukan dengan membuat sayatan pada perut menuju rahim, selanjutnya bayi diangkat dari rahim.


Setelah dilahirkan bayi memerlukan perawatan secara cermat, di antaranya dengan memberi ASI. Air susu ibu merupakan makanan dan minuman terbaik untuk bayi terutama sejak lahir hingga bayi berusia enam bulan. Air susu ibu yang diberikan pertama kali berwarna kekuningan. Air ini dinamakan kolostrum. Kandungan protein kolostrum tiga kali lipat dari air susu ibu biasa. Kolostrum juga mengandung antibodi yang sangat tinggi sehingga mampu melawan berbagai bibit penyakit seperti salesma dan radang paru-paru. Oleh karena itu, kolostrum dapat digunakan sebagai imunisasi pertama bagi bayi

Tahapan persalinan Water Birth


Tahapan persalinan
Proses persalinan di air memiliki tahapan yang sama seperti melahirkan normal. Hanya saja dengan ibu berendam dalam air hangat, membuat sirkulasi pembuluh darah jadi lebih baik. Akibatnya akan berpengaruh pula pada kontraksi rahim yang jadi lebih efektif dan lebih baik. Sehingga waktu tempuh dalam proses persalinan ini lebih singkat daripada proses melahirkan normal biasa.



Tahap 1

Yaitu tahap mulainya pembukaan rahim Ibu, mulai dari tanpa pembukaan sampai pembukaan 2, yang bisa berlangsung 24-48 jam. Proses dan jangka waktu terbukanya jalan lahir ini berbeda bagi tiap Ibu. Tapi jangan panik, terapkan apa yang Ibu dapatkan di kelas prenatal bersama suami. Jangan lupa bahwa keluarga dan suami selalu mendukung Ibu melewati proses persalinan hingga si Kecil lahir nanti.


Bagaimana Gejalanya?Rasa mulas adalah gejala paling khas menjelang persalinan. Ibu mungkin akan merasakan perut kram, mirip saat menstruasi. Kadang disertai rasa mual, kembung, dan nyeri punggung. Bahkan ada yang diare atau pusing. Menjelang persalinan, sistem pencernaan Ibu akan melambat. Untuk mengatasinya, sebaiknya Ibu makan makanan ringan saja seperti sup, sereal, atau roti dan banyak minum air putih. Membukanya jalan lahir memang diawali rasa mulas. Dari rasa yang tak beraturan datangnya, sampai akhirnya Ibu akan merasakannya tiap 5 menit. Inilah yang disebut kontraksi



FlekSaat otot rahim mengerut, ukuran rahim akan mengecil, sehingga kepala janin terdorong ke arah jalan lahir. Bersamaan dengan itu, mulut rahim sedikit demi sedikit mulai membuka. Perlu Ibu tahu, sejak terjadinya kehamilan, secara alami mulut rahim tertutup oleh semacam sumbat berupa lendir kental. Sumbat lendir ini bertugas menjaga agar kehamilan bisa terus berjalan sekaligus melindungi janin dari kuman. Pada awal pembukaan mulut rahim, sumbat lendir itu terbuka dan lendir yang berwana merah muda keluar melalui vagina. Kita bisa menyebutnya flek. Tapi tak perlu cemas kalau Ibu tidak mengalaminya, karena flek muncul secara alami pada beberapa tahap persalinan.



Ketuban PecahAir ketuban adalah cairan amniotik yang mengelilingi bayi selama kehamilan. Ketika saat melahirkan tiba, kantung ketuban pecah dan airnya keluar melalui vagina. Pecah ketuban juga jadi tanda umum menjelang persalinan. Jumlah air ketuban yang keluar pada tiap Ibu mungkin berbeda. Ada yang keluar sedikit demi sedikit, ada yang langsung berupa semburan keras. Kalau ketuban pecah, hati-hati terhadap bahaya infeksi. Jaga kebersihan area vagina dan hubungi dokter untuk memastikan kapan perkiraan waktu Ibu melahirkan.



KontraksiIni termasuk bagian yang cukup berat, karena rasa sakit yang ditimbulkan bisa sangat kuat. Sabar ya, Bu, kontraksi ini merupakan pertanda bahwa bayi Ibu mulai memasuki jalan lahirnya. Pola kontraksi juga menjadi panduan untuk mengetahui kapan bayi Ibu akan lahir. Menjelang persalinan, kontraksi makin kuat dan frekuensinya makin sering. Biasanya kondisi ini secara alami merangsang Ibu mengejan untuk mendorong bayi keluar. Ayo terapkan teknik pengaturan nafas yang Ibu dapatkan di kelas prenatal!



Tips Nyaman Menjelang PersalinanMenjaga Ibu tetap nyaman menjelang persalinan sangatlah penting. Selain dapat membantu mengurangi rasa sakit akibat kontraksi, Ibu juga akan dapat menikmati setiap tahapan persalinan dengan baik. Untuk itu, cobalah bayangkan kebahagiaan menyambut si Kecil dan rasa hangat saat mendekapnya nanti. Pikiran yang menyenangkan akan membantu Ibu merasa lebih tenang dan nyaman. Agar Ibu mengetahui cara membuat diri nyaman saat persalinan nanti, silakan klik tips hadapi persalinan

Agar Ibu bertenaga menjalani persalinan, simak juga artikel makanan dan minuman selama persalinan .





Tahap 2

Yaitu mulainya pembukaan 3-10, yang biasanya berlangsung sekitar 7 jam bagi persalinan anak pertama Ibu. Waktu ini akan berkurang sampai 3 1/2 jam pada persalinan kedua dan seterusnya. Kontraksi yang makin meningkat, umumnya diiringi meningkatnya pembukaan leher rahim. Saat leher rahim Ibu terbuka 10 cm dan si Kecil lahir, Ibu telah memasuki persalinan fase 2. Lama proses kelahiran bayi berbeda bagi tiap Ibu. Apalagi bila melahirkan pertama kali. Tahap ini bisa berlangsung 1 jam bahkan lebih.


Siap Mengejan Ya, Bu!Saat rasa mulas semakin kuat, insting Ibu akan mengatakan kini saatnya mengejan untuk mendorong bayi keluar. Ketika kepala bayi Ibu mulai keluar dari vagina, dokter akan meminta Ibu untuk mengatur nafas dan berhenti mengejan untuk mengurangi sobekan pada jalan lahir. Pada tahap ini Ibu akan merasa lega dan semua rasa sakit seolah hilang. Melihat bayi Ibu nanti akan membuat semua rasa sakit berganti dengan kebahagiaan tak terkira.





Tahap 3

Ini adalah tahap terakhir dari proses persalinan. Setelah bayi lahir, dokter akan mengeluarkan plasenta atau ari-ari. Jangan takut, dokter akan membantu mengeluarkan ari-ari secara alami atau dengan bantuan suntikan.


Mengeluarkan PlasentaDengan bantuan suntikan, proses mengeluarkan plasenta bisa berlangsung 5-15 menit. Tapi jika dilakukan secara alami, akan berlangsung 1 jam. Proses ini diikuti kontraksi lagi, tapi tidak sedahsyat saat menjelang persalinan. Untuk memeriksa apakah seluruh plasenta sudah terlepas dari dinding rahim atau belum, dokter atau bidan akan menekan perut Ibu dan menarik perlahan-lahan tali pusar agar plasenta bisa keluar. Setelah seluruh plasenta beserta tali pusar keluar, barulah tubuh Ibu dibersihkan.

3 Tahap dalam Melahirkan



Dalam proses melahirkan seorang ibu harus melewati 3 tahapan terlebih dahulu hingga akhirnya sang bayi bisa lahir ke dunia. Setiap kehamilan memiliki pola yang berbeda termasuk waktu yang dibutuhkan untuk melahirkan.

Ada ibu yang membutuhkan waktu 10-20 jam untuk melahirkan, sementara ada ibu yang membutuhkan waktu lebih singkat dari itu.

Seperti dikutip dari Babycenter, Jumat (15/1/2010) tiga tahapan yang dilalui ibu dalam proses melahirkan adalah:

Tahap pertama: Kontraksi

Setelah kontraksi mulai datang secara teratur dan leher rahim relatif mulai semakin membesar, itulah awal dari proses persalinan. Kontraksi yang dirasakan semakin lama akan semakin kuat dan dalam waktu yang lebih dekat, bisa dimulai dari 10 menit sekali hingga akhirnya setiap 1 menit.

Saat kontraksi masih awal terjadi, ibu hamil sebaiknya berbicara dengan suami atau orangtua dan juga berjalan-jalan sedikit di sekitar rumah untuk memudahkan proses persalinan. Cobalah untuk tetap rileks, tenang serta menanamkan pemikiran yang positif mengenai kelahiran.

Jika kontraksi belum terjadi tapi air ketuban sudah pecah, sebaiknya segera ke rumah sakit agar bayi yang dikandung tidak keracunan atau kekeringan di dalam rahim.

Tidak mudah untuk menentukan berapa lama tahapan ini berlangsung, karena sebagian besar tergantung dari seberapa matang leher rahim serta seberapa sering dan kuat kontraksi yang dirasakan. Jika leher rahim sudah matang biasanya bukan pada bayi pertama, maka prosesnya bisa menjadi lebih cepat.

Saat kontraksi leher rahim sudah melebar hingga 10 cm atau disering disebut dengan pembukaan sepuluh, maka kemungkinan bayi sudah mulai turun dan akan memasuki tahapan selanjutnya. Rata-rata waktu yang dibutuhkan dari leher rahim melebar 4 cm hingga 10 cm sekitar 4-8 jam.

Tahap kedua: Mendorong bayi untuk keluar

Setelah leher rahim melebar sepenuhnya, tahap kedua sudah dimulai yaitu mendorong bayi untuk keluar dari rahim. Jika bayi berada sangat rendah di panggul, maka ibu secara spontan akan mendorong bayi.

Tapi kalau bayi masih belum terlalu turun, ibu mungkin tidak akan spontan mendorongnya. Sebaiknya biarkan rahim bekerja sampai sang ibu merasakan adanya rangsangan untuk mendorong, dengan begitu ibu tidak akan terlalu kelelahan atau frustasi.

Jika ibu menggunakan epidural (pembiusan melalui tulang belakang) biasanya akan mengurangi sensasi untuk mendorong, sehingga ibu tidak akan merasakan apapun sampai kepala bayi telah keluar sedikit. Kesabaran diperlukan dalam proses melahirkansecara normal.

Seluruh tahapan kedua ini bisa berlangsung dari beberapa menit hingga beberapa jam. Jika tanpa epidural durasinya rata-rata sekitar 1 jam, tapi jika pernah melahirkan sebelumnya biasanya lebih cepat. Namun bila menggunakan epidural umumnya berlangsung lebih lama.

Tahap ketiga: Mengeluarkan plasenta

Beberapa menit setalah melahirkan, rahim biasanya mulai berkontraksi lagi untuk memisahkan plasenta dari dinding rahim. Jika sudah terlihat tanda-tandanya, dokter akan meminta ibu untuk mendorong secara lembut agar plasenta bisa keluar. Dan ini tidak akan sulit atau menyakitkan. Rata-rata hanya dibutuhkan waktu 5-10 menit saja.

Biasanya kontraksi rahim masih diperlukan untuk membantu memotong dan menutup pembuluh darah yang terbuka di tempat plasenta menempel. Jika kontraksi tidak dilakukan, maka bisa ada kemungkinan terjadi pendarahan.

Jika ibu ingin menyusui anaknya secara eksklusif, maka bayi akan diletakknya di dada sang ibu untuk mencari puting susu dan mengonsumsi ASI untuk pertama kalinya.

proses persalinan dan penjelasan tahap persalinan




Proses persalinan terbagi ke dalam empat tahap, yaitu :
kala I : Tahap Pembukaan
Dimulai sejak awal kontraksi dengan frekuensi, intensitas dan durasi yang cukup sehingga menyebabkan penipisan dan pembukaan Cerviks.
Cerviks terbuka sampai kurang lebih 10 cm, sehingga kepala anak bisa lewat
Kala II : Tahap Pengeluaran Bayi
kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (+10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi
Kala III : Tahap Pengeluaran Plasenta ( Kala Uri)
Segera setelah kelahiran bayi dan berakhir dengan kelahiran plasenta dan selaput ketuban.
Kala IV : Tahap Pengawasan
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
Pasien masih di kamar bersalin, yaitu 1 jam setelah plasenta lahir, ini untuk pengawasan, sebab biasanya pendarahan post partum itu terjadi 1 jam setelah persalinan, jadi sebaiknya 2 jam setelah post partum pasien masih di awasi.
VIDEO PERSALINAN


Periode laten atau pra-persalinan.



Kala 1 Laten:

- Rahim mulai berkontraksi atau mengencang secara berkala yang disebut juga “kenceng – kenceng”.

- Kontraksi makin lama makin terasa sakit, tidak seperti “konraksi palsu” atau disebut BRAXTON HICKS yang biasanya timbul pada kehamilan 6 bulan sampai 9 bulan dan kontaksi tidak teratur dan tidak sakit. Pada fase ini kontraksi pada fase laten, frekwensi intensitasnya kurang dari 40 detik.jadi setiap kontraksi dalam 10 menit,kurang dari 40 detik

- Fase ini juga sering disertai rasa mual dan nyeri dibagian pinggang sampai perut bagian bawah. Itu berarti ibu mulai memasuki proses persalinan.

- Pada fase ini pembukaan yang terjadi antara 0-3 cm

- Hal ini berlangsung cukup lama, bisa sampai 14 jam.bahkan bila dimulai dari tanpa pembukaan sampai pembukaan 2 cm berlangsung selama 24 – 48 jam.

Kala 1 Aktif:

- Setelah fase laten, biasanya ibu akan mengalami kala I Aktif,dimulai dari pembukaan 3 sampai pembukaan lengkap ( 10 cm ),yang berlangsung sekitar 3,5 jam pada persalinan anak selnjutnya.

- Kontraksinya dalm 10 menit bisa terjadi lebih dari 40 detik

Fase Transisi:

- Selanjutnya, ibu hamil akan mengalami fase transisi, dimana mulut rahim akan terbuka antara 8-10 cm.

- Kontraksi berlangsung sampai satu setengah menit dan terjadi tiap 2-3 menit

- Pada fase ini, tak jarang ibu merasakan ruh seperti keluar dari tubuh

- Manfaatkan betul antara kontraksi untuk bersantai dan rileks

- Temukan posisi yang nyaman selama kontraksi,tapi ibu jangan sampai mengejan.

Tahap Kedua/ Kala II

- Tahap ini disebut juga Fase mengejan, dimana pembukaan 10 jam atau lengkap bisa berlangsung 1 jam.

- Bila tidak ada hambatan, misal tali pusat melilit atau menutup janin, maka fase ini bisa berlangsung lebih cepat dari tahap sebelumnya.Ada yang 30 menit ada juga yang lebih

- Saat kepala janin sudah sudah diambang pintu dan siap keluar, lendir dan darah yang keluar dari vagin akan semakin bertambah. Selain itu,Karena desakan kepala janin yang kuat pembungkus air ketuban bisa pecah lebih awal atau saat pembukaan lengkap dan membasahi daerah vagina.Cairan ini sekaligus sebagai pelicin jalan lahir yang memudahkan bayi keluar

- Setelah pembukan benar – benar lengkap dan kepala janin dan kepala janin terlihat dipintu lahir. Maka saat inilah ibu diperbolehkan mengejan.

Tahap Ketiga/ Kala III

- Kepala bayi sudah keluar, kontraksi dirahim menyebabkan ari –ari atau plasenta terpisah dan sebagian plaenta ini mengikuti bayi sampai leher rahim. Pada saat inilah, tahap ketiga persalinan dimulai.

- Pada tahap ini biasanya bagian vagina untuk jalan lahir akan sedikit robek akibar dari desakan bayi atau dibuat oleh penolong agar bayi mudah keluar.

- Setelah tali pusat dipotong dari bayi dan sisa tali pusat dan ari – ari akan dikeluarkan dari rahim

- Pada saat ini, sekitar 150 ml darah akan keluar bersama plasenta. “umumnya pengeluaran plasenta memakan waktu tidak lebih dari 30 menit”. Tapi juga ada sampai sejam.Bergantung anda bersalin secara normal atau adaya penyulit. Banyak wanita terkejut betapa lebih mudah mengeluarkan plasenta daripada mendorong plasenta keluar.

Tahap Observasi/ kala IV

- Fase ini disebut juga sebagai kala IV atau kala nifas. Fase ini terjadi setelah proses persalinan/pengeluaran plasenta sampai 2 jam berikutnya.

- Jadi rahim kembali keposisi kontraksi dan dilihat apakah ada perdarahan sedikit atau banyak setelah persalinan.

- Jika uterus baik, tidak ada perdarahan dari vagina atau dari tempat lain, plasenta dan selaput ketuban harus sudah keluar semua, tensi ibu stabil berarti keadaan ibu baik – baik saja.Jika semua tahap persalinan berjalan dengan baik, Anda pun memasuki kehidupan baru sebagai Ibu .Mukjizat – mukjizat lain siap menanti anda. (M&K 2008)

Mengenal Tahap-Tahap Persalinan



Apa saja yang telah calon Mama persiapkan guna menyambut kelahiran buah hati? Apakah calon Mama mengetahui proses persalinan serta tanda-tanda jika sang buah hati telah siap melihat dunia luar? Idealnya, setiap calon Mama telah mengetahui, sedikit atau banyak, tahu dari pengalaman orang sekitar, membaca, atau dari menonton TV. Lalu apa saja yang menjadi tanda-tanda persalinan yang sebenarnya harus diketahui calon Mama?

KONTRAKSI RAHIM
Kontraksi rahim sebenarnya sudah sering terjadi sejak dua bulan sebelum masa persalinan datang. Namun kontraksinya biasanya tidak terasa sakit, frekuensi, dan lama kontraksi pun tidak teratur. Pada kontraksi persalinan sesungguhnya, sifatnya lebih teratur, diawali dengan muncul setiap 20 menit lalu akan lebih kuat, lama dan sering.


MUNCULNYA BERCAK DARAH
Lepasnya semacam “sumbatan” pada leher rahim menyebabkan kontraksi muncul dengan bercak-bercak darah sebagai tanda persalinan. Bercak-bercak darah terjadi sebelum ataupun sesudah kontraksi di awal persalinan.


KELUARNYA CAIRAN KETUBAN
Cairan ketuban bisa keluar sebelum proses persalinan ataupun keluar beberapa saat setelah kontraksi. Cairan ini tidak bisa dikontrol seperti keluarnya air seni. Jadi, calon Mama akan merasakan ada cairan bening yang keluar cukup banyak yang membasahi celana dalam.
Jika calon Mama mengalami salah satu dari ketiga tanda-tanda tersebut, sebaiknya segera ke dokter. Namun biasanya sebagian dokter meminta calon Mama untuk datang saat kontraksi berlangsung 10 menit sekali, hal ini dikarenakan kemungkinan terjadi kontraksi palsu dan janin calon Mama masih harus tinggal dalam rahim untuk beberapa hari lagi.

Berikut ini adalah tahapan persalinan yang akan Mama jalani:

TAHAP PERTAMA
Tahap pembukaan adalah tahap pertama dari proses persalinan. Leher rahim menjadi lembut, panjang leher rahim semakin memendek dan lentur. Kelenturannya ini yang dapat mendorong vagina agar janin mudah lewat. Proses persalinan dimulai dari pembukaan dengan lebar sekitar 2-3 jari atau sekitar 4-5 cm. Jika pembukaan sudah penuh, maka leher rahim akan membuka sampai sekitar 10 cm untuk memungkinkan janin lahir. Pada waktu leher rahim terbuka, janin terdorong ke panggul, sehingga menyebabkan tekanan pada kandung kemih dan bagian belakang jalan lahir. Saat seperti ini Mama diharapkan untuk mengejan. Jika kantung ketuban belum pecah, maka akan segera dipecahkan, ini artinya Mama siap untuk tahap kedua proses persalinan.

TAHAP KEDUA
Tahap ini adalah tahap dimana sudah terjadi pembukaan sempurna pada leher rahim sehingga janin dapat melewatinya. Ini merupakan periode yang seringkali menekan janin karena kontraksi terjadi sekitar 2-2,5 menit atau bisa sampai 1 menit sekali. Setiap kali terjadi kontraksi maka terjadi pemutusan pasokan oksigen ke janin, maka kontraksi yang lama pada tahap ini dapat membahayakan janin. Oleh karena itu, maka jika proses ini janin tidak juga mau keluar, maka dokter akan segera melakukan operasi Caesar. Pada persalinan normal, setiap kontraksi akan mendorong janin ke arah luar mendekati vagina, setiap kali Mama mengejan maka janin pun akan maju sedikit. Guntingan episiotomi(guntingan di sekitar vagina) dapat membantu melebarkan bagian yank akan dilalui oleh janin. Begitu lahir, biasanya dokter menjungkirkan bayi dengan memegang kakinya sehingga lendir atau cairan keluar dari saluran pernapasan, lalu bayi akan berusaha bernapas dan menangis, tali pusat akan dijepit dan digunting. Pengguntingan tali pusat memisahkan Mama dari sang bayi dan memutuskan ketergantungan bayi untuk mendapatkan makanan dan oksigen dari Mama. Paru-paru akan berkembang saat bayi menangis, fungsinya untuk mengolah oksigen yang didapatkan dari pernapasannya.

TAHAP KETIGA
Kepala bayi telah keluar, kontraksi di rahim menyebabkan ari-ari atau plasenta terpisah, sebagian dari plasenta mengikuti bayi sampai leher rahim. Tahap ketiga pun dimulai. Ketika kepala bayi memasuki vagina, ada beberapa dokter yang memberikan suntikanergometrine lewat pembuluh darah balik (intravena) untuk membantu rahim berkontraksi dan mengeluarkan plasenta. Pada saat ini sekitar 150 ml darah biasanya akan keluar bersama plasenta. Di dalam tahap ini ada beberapa kemungkinan komplikasi yang terjadi, tapi umumnya adalah perdarahan setelah persalinan. Keadaan ini dapat disebabkan oleh rahim yang gagal mengerut kembali, tertinggalnya sisa plasenta di rahim, placenta accreata(menempelnya sisa plasenta di otot rahim), serta robeknya leher rahim.
Tahap – tahap pada proses persalinan, baik tanda-tanda atau pun gangguan-gangguan yang terjadi selama persalinan, diharapkan peran suami sebagai calon Papa untuk terus selalu mendampingi calon Mama. Calon Papa adalah teman terbaik bagi calon Mama yang sedang berjuang, ia akan menjadi komunikator bagi calon Mama dan penolong persalinan bila perlu.

3 Tahap Persalinan Normal

Proses kelahiran bayi yang berlangsung normal dibagi dalam tiga tahap atau kala. Penting sekali bagi Anda untuk mengetahui proses tersebut agar Anda bisa menyikapinya secara tepat.
Tahap pertama (pembukaan)
Tahap ini merupakan yang paling lama, dimulai dari kontraksi sampai saluran rahim terbuka penuh oleh kepala bayi. Pada persalinan pertama, prosesnya bisa lebih dari 18 jam, sementara pada persalinan kedua dan seterusnya antara 2-3 jam.
Kontraksi yang lemah namun teratur dimulai dari bagian atas rahim ke bawah sampai vagina, biasanya diawali dengan nyeri di punggung terus menjalar menjadi seperti kram di perut bawah.
Sedikit demi sedikit kontraksi akan semakin seringdan kencang untuk mengeluarkan mendesak kepala bayi ke mulut rahim. Setiap kontraksi berlangsung 30 sampai 60 detik. Jarak antar kontraksi adalah 10-20 menit. Rasa sakit menghilang setiap kali rahim mengendor.
Mulut rahim menjadi lunak, tipis dan melebar sehingga memudahkan bayi keluar dari rahim.
Sedikit cairan dan darah biasanya ikut menyertai proses persalinan, sebelum akhirnya pecah air ketuban.
Tahap kedua (mengedan)
Tahap dari pembukaan penuh sampai bayi lahir. Dalam tahap ini bayi lahir melalui mulut rahim ke vagina, lalu dikeluarkan. Tahap ini biasanya berlangsung kurang dari satu jam untuk persalinan pertama. Pada persalinan kedua, hanya sekitar 20 menit.
Ibu akan merasakan keinginan untuk mengedan (menekan otot perut) dan merasakan sensasi seperti orang yang ingin buang air besar. Semakin lama, dorongan mengedan itu akan semakin kuat dan sering. Bayi lalu akan keluar melalui mulut rahim.
Pada posisi normal di mana kepala keluar terlebih dahulu, kepala bayi berfungsi sebagai pembuka jalan. Dengan demikian, bayi dapat bernafas bahkan sebelum seluruh badan keluar dari rahim.
Tahap ketiga (plasenta)
Pada tahap ini plasenta (jawa: ari-ari) akan terlepas dari dinding rahim. Prosesnya biasanya terjadi 15-20 menit setelah kelahiran bayi.
Kontraksi rahim yang keras terus berlanjut setelah kelahiran bayi dan akan menekan pembuluh darah, mengurangi perdarahan dan menyebabkan plasenta lepas dari dinding rahim.

Tahapan Proses Persalinan


Tahapan Proses Persalinan


Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil, sebuah waktu yang menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan. Persalinan terasa akan menyenangkan karena si kecil yang selama sembilan bulan bersembunyi di dalam perut anda akan muncul terlahir ke dunia. Di sisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana terbayang proses persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu banyak, dan sebuah perjuangan yang cukup melelahkan.
Ada baiknya para calon ibu mengetahui proses atau tahapan persalinan seperti apa, sehingga para calon ibu dapat mempersiapkan segala halnya guna menghadapi proses persalinan ini. Proses persalinan terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu :
kala I; Tahap Pembukaan
In partu (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur darah, karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar karnalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Pada kala ini terbagi atas dua fase yaitu:
Fase Laten: dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm
Fase aktif: yang terbagi atas 3 subfase yaitu akselerasi, steady dan deselerasi
Kala I adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam untuk kehamilan pertama dan 6-10 jam untuk kehamilan berikutnya. Pada tahap ini mulut rahim akan menjadi tipis dan terbuka karena adanya kontraksi rahim secara berkala untuk mendorong bayi ke jalan lahir. Pada setiap kontraksi rahim, bayi akan semakin terdorong ke bawah sehingga menyebabkan pembukaan jalan lahir. Kala I persalinan di sebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir menjadi 10 cm, yang berarti pembukaan sempurna dan bayi siap keluar dari rahim.
Masa transisi ini menjadi masa yang paling sangat sulit bagi ibu. Menjelang berakhirnya kala I, pembukaan jalan lahir sudah hampir sempurna. Kontraksi yang terjadi akan semakin sering dan semakin kuat. Anda mungkin mengalami rasa sakit yang hebat, kebanyakan wanita yang pernah mengalami masa inilah yang merasakan masa yang paling berat. Anda akan merasakan datangnya rasa mulas yang sangat hebat dan terasa seperti ada tekanan yang sangat besar ke arah bawah, seperti ingin buang air besar.
Menjelang akhir kala pertama, kontraksi semakin sering dan kuat, dan bila pembukaan jalan lahir sudah 10 cm berarti bayi siap dilahirkan dan proses persalinan memasuki kala II.
Kala II; Tahap Pengeluaran Bayi
Pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Anda merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waku mengedan, kepala janin mulai kelihatan, vulva (bagian luar vagina) membuka dan perineum (daerah antara anus-vagina) meregang. Dengan mengedan terpimpin, akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan janin.
Ibu akan merasakan tekanan yang kuat di daerah perineum. Daerah perineum bersifa elastis, tapi bila dokter/bidan memperkirakan perlu dilakukan pengguntingan di daerah perineum (episiotomi), maka tindakan ini akan dilakukan dengan tujuan mencegah perobekan paksa daerah perineum akibat tekanan bayi
Kala III; Tahap Pengeluaran Plasenta
Dimulai setelah bayi lahir, dan plasenta akan keluar dengan sendirinya. Proses melahirkan plasenta berlangsung antara 5-30 menit. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. Dengan adanya kontraksi rahim, plasenta akan terlepas. Setelah itu dokter/bidan akan memeriksa apakah plasenta sudah terlepas dari dinding rahim. Setelah itu barulah dokter/bidan membersihkan segalanya termasuk memberikan jahitan bila tindakan episiotomi dilakukan

Kala IV; Tahap Pengawasan
Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selam kurang lebih dua jam. Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak banyak, yang berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim tempat terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa hari anda akan mengeluarkan cairan sedikit darah yang disebut lokia yang berasal dari sisa-sisa jaringan.
Pada beberapa keadaan, pengeluaran darah setelah proses kelahiran menjadi banyak. Ini disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot rahim. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan sehingga jika perdarahan semakin hebat, dapat dilakukan tindakan secepatnya.

Persiapan Persalinan

Tempat Melahirkan
Tempat melahirkan hendaknya disesuaikan dengan jarak tempuh dari rumah untuk memperkirakan waktu sampai ke rumah sakit.
Perhatikan kepadatan lalu lintas pada jam-jam tertentu sehingga anda dapat mempersiapkan jalur alternatif untuk sampai ke rumah sakit.
Prosedur masuk, fasilitas yang ada, biaya persalinan.
Lokasi kamar bersalin, agar dalam keadaan darurat mempercepat sampai ke tempat tujuan
Tempat plasenta (ari-ari) harus sudah direncanakan di mana plasenta akan diurus, apakah di rumah atau di tempat bersalin. Biasanya sudah disiapkan di tempat bersalin.
Kebersihan Diri dan Aktivitas Yang Dapat Dilakukan Menjelang Persalinan
Sangat disarankan untuk menjaga kebersihan diri menjelang persalinan, manfaatnya antara lain :
a. Dengan mandi dan membersihkan badan, ibu akan mengurangi kemungkinan adanya kuman yang masuk selama persalinan. Hal ini mengyrangi terjadinya infeksi sesudah melahirkan.
b. Ibu akan merasa nyaman selama menjalani proses persalinan.
Saat ini, ibu yang akan melahirkan, tidak di-huknah untuk mengeluarkan tinja.
Bulu kemaluan tidak dicukur seluruhnya, hanya bagian yang dekat anus yang akan dibersihkan, karena hal tersebut akan mempermudah penjahitan jika ibu ternyata diepisiotomi.
Selama menunggu persalinan tiba, ibu diperbolehkan untuk berjalan-jalan di sekitar kamar bersalin.
Ibu boleh minum dan makan makanan ringan selama menunggu persalinan, disarankan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang berbau menyengat seperti petai atau jengkol.
Hindari kepanikan dan ketakutan
Siapkan diri ibu, ingat bahwa setelah semua ini ibu akan mendapatkan buah hati yang didambakan.
Simpan tenaga anda untuk melahirkan, tenaga anda akan terkuras jika berteriak-teriak dan bersikap gelisah.
Dengan bersikap tenang, ibu dapat melalui saat persalinan dengan baik dan lebih siap.
Dukungan dari orang-orang terdekat, perhatian dan kasih sayang tentu akan membantu memberikan semangat untuk ibu yang akan melahirkan.
Persiapan kebutuhan untuk persalinan
Perkirakan jarak antara rumah dan rumah sakit serta lalu lintas yang harus dilalui jika akan bersalin.
Perkirakan kapan waktu persalinan untuk mengatur jadwal bepergian jauh.
Persiapan peralatan yang harus dibawa Untuk Ibu selama persalinan :
a. Alas tahan air (water proof) untuk di mobil selama perjalanan ke rumah sakit.
b. Minyak untuk memijit, untuk mengurangi rasa sakit.
c. Alat-alat mandi seperti sabun, tutup kepala, handuk, dll.
d. Lip balm, sikat gigi dan odol, sisir, ikat rambut.
e. Baju ganti (gunakan baju yang nyaman dan menyerap keringat)
f. Radiotape, CD atau musik yang menenangkan.
g. Bantal dari rumah.
Untuk Ayah :
a. Jam tangan
b. Kartu atau kunjungan pemeriksaan kehamilan, KTP (suami-istri, beserta foto kopinya)
c. Alat mandi : sikat gigi, odol, sisir, dll.
d. Makanan kecil.
e. Baju ganti atau sweater.
f. Kertas, pensil, buku, majalah untuk membaca.
g. No. telp saudara atau teman.
Untuk Ibu, setelah melahirkan :
a. Baju atau gaun yang dapat dibuka dari depan (berkancing di depan) agar dapat menyusui.
b. Kosmetik
c. Bra yang sesuai
d. Makanan ringan yang disukai
e. Baju untuk pulang, perlu diingat badan ibu akan terlihat seperti hamil 5 - 6 bulan, jadi siapkan baju yang sesuai.
Untuk Bayi :
a. Kain flannel beberapa buah (3 - 4 buah)
b. Pakaian bayi, 2 pasang (siapkan 2 ukuran)
c. Popok, dapat menggunakan popok kain atau popok sekali pakai.
d. Sarung tangan, sarung kaki, topi (penutup kepala)
e. Bedak, minyak angin.
f. Selimut untuk membungkus bayi selama di perjalanan pulan

Proses Kelahiran Bayi



Alhamdulillah akhirnya kehamilan istri yang berlangsung selama 9 bulan ini diakhiri dengan sebuahproses kelahiran bayi yang sungguh menakjubkan. Dan ini juga adalah salah satu keajaiban Allah dalam sebuah proses kehamilan. Sebuah proses panjang kehamilan seorang ibu akan berakhir dengan tibanya masa melahirkan atau pun sebuah proses persalinan normal.

Dalam sebuah proses melahirkan dalam dunia medis kita mengenalnya dengan istilah kala persalinan yaitu kala 1, kala 2, kala 3, dan kala 4. Kala 1 disebut juga dengan tahap pembukaan (pembukaan serviks). Kala 2 persalinan disebut dengan istilah tahap proses pengeluaran bayi. Kala 3 disebut dengan kala pengeluaran uri (placenta). Dan terakhir adalah kala 4.



Yang dimaksud dengan kala pertama (kala 1) adalah pembukaan dan dimulai dengan his persalinan yang pertama sampai pembukaan cervik menjadi lengkap. Pembukaan 1-10. Pada tahapan proses persalinan pertama ini dibagi menjadi 3 fase yaitu fase laten persalinan dan fase aktif.

Fase laten adalah fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0 sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam. Fase aktif terbagi menjadi 3 yaitu Fase accelarasi ( fase percepatan ) dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang di capai dalam waktu 2 jam. Fase Dilatasi maksimal yaitu dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang di capai dalam waktu 2 jam. Fase Decelerasi (kurangnya kecepatan) dari pembukaan 9 cm-10 cm selama 2 jam.

Kala II persalinan adalah tahapan dimana terjadi pembukaan sampai pembukaan lengkap dan terakhir sampai lahirnya sang bayi. Kala III atau kala uri ini adalah masa dimulainya dari kelahiran bayi sampai dengan placenta dilahirkan. Sedangkan yang dimaksud dengan kala IV adalah Masa 1-2 jam setelah placenta lahir. Dalam klinik, atas pertimbangan pertimbangan praktis masih diakui adanya kala IV persalinan meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa di mulainya masa nifas ( puerperium ) mengingat pada masa ini sering timbul perdarahan.

Dan alhamdulillah istri dalam kehamilan ke dua ini telah melampaui dan melalui semua tahap persalinan tersebut. Awal proses kelahiran putra kedua ini dimulai dengan adanya tanda-tanda persalinan dengan adanya rasa kontraksi (kenceng mules) setelah magrib sampai dengan kontraksi bertambah dan jam 00.30 saya bawa istri ke Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. Ketika di UGD Dokter Jaga Kebidanan mulai melakukan pemeriksaan dalam (VT) tetapi didapatkan hasil belum ada pembukaan.

Setelah itu sebelum masuk ke ruangan rawat inap dilakukan USG kehamilan dan dilakukan pemeriksaan dalam ulang karena istri merasakan kontraksi bertambah. Pemeriksaan didapatkan telah terjadi pembukaan 1 cm dan jam menunjukkan pukul 02.00 pagi tanggal 6 februari 2013. Setelah masuk ruangan perawatan sampai dengan jam 05.10 menit kontraksi bertambah sering dan itu juga yang masuk dalam kala persalinan 1. Dilakukan pemeriksaan ulang dan didapatkan hasil telah terjadi pembukaan 8 cm sehingga ketika itu istri langsung di bawa ke tempat ruang bersalin (VK).

Dokter kandungan kami yaitu Dr. Harry Tjahjanto, SpOG (K.Fer) tiba di ruang VK pukul 05.45 dan langsung memimpin persalinan. Pimpinan persalinan dimulai dengan kehadiran dokter Harry dan alhamdulillah tepat pukul 05.50 WIB tanggal 6 Februari 2013 lahir anak kami yang kedua dengan jenis kelamin laki-laki. Dan inilah yang dimaksud dengan kala 2 dalam tahap proses kelahiran bayi.

Setelah proses kelahiran bayi maka mulai masuk dalam kala 2 yaitu kalau uri atau kala pengeluaran placenta. Setelah placenta berhasil dikeluarkan dan menjahit luka setelah melahirkan selesai maka bayi kami setelah melakukan penimbangan dan penandaan bayi baru lahir maka istri kembali di bawa ke ruangan rawat dan masuklah dalam kala 4 yaitu masa 1-2 jam dan alhamdulillah tidak terjadi perdarahan dalam kala 4 tersebut. Karena dalam kala 4 yang perlu diwaspadai adalahperdarahan post partum.

Semua tahapan proses melahirkan tersebut saya saksikan sendiri karena saya mendampingi dan berada di sisi istri sampai dengan persalinan berakhir. Sama seperti ketika anak pertama saya dilahirkan di ruangan yang sama, dokter yang sama pula 4 tahun yang silam. Sungguh pengalaman yang tak terlupa oleh saya menyaksikan tahap demi tahap persalinan istri saya.

Alhamdulillah ya Allah..milik-Mu lah segala Pujian. Alhamdulillah istri dalam keadaan sehat dan putra kami juga dalam keadaan sehat. Terima kasih Dr. Harry Tjahjanto SpOG (K.Fer) dan tim kesehatan (bidan), Residen Obsgyn, dokter Anak atas bantuannya dalam proses kelahiran anak saya.

Terima kasih kepada Mbah dan Eyang serta Pakdhe, Budhe, Om, Tante yang selalu berdoa untuk kelancaran proses kelahiran anak kami. Dan juga kepada sahabat-sahabat blogger serta juga kawan-kawan semuanya atas doa-doa kalian semuanya agar keselamatan dan kelancaran dalam persalinan istri. Semoga Allah Ta'ala membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda aamiin..aamiin.

Tahapan Proses Persalinan



Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil, sebuah waktu yang menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan. Persalinan terasa akan menyenangkan karena si kecil yang selama sembilan bulan bersembunyi di dalam perut anda akan muncul terlahir ke dunia. Di sisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana terbayang proses persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu banyak, dan sebuah perjuangan yang cukup melelahkan.

Ada baiknya para calon ibu mengetahui proses atau tahapan persalinan seperti apa, sehingga para calon ibu dapat mempersiapkan segala halnya guna menghadapi proses persalinan ini. Proses persalinan terbagi ke dalam empat tahap, yaitu :
kala I; Tahap Pembukaan

In partu (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur darah, karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar karnalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Pada kala ini terbagi atas dua fase yaitu:
Fase Laten: dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm
Fase aktif: yang terbagi atas 3 subfase yaitu akselerasi, steady dan deselerasi
Kala I adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam untuk kehamilan pertama dan 6-10 jam untuk kehamilan berikutnya. Pada tahap ini mulut rahim akan menjadi tipis dan terbuka karena adanya kontraksi rahim secara berkala untuk mendorong bayi ke jalan lahir. Pada setiap kontraksi rahim, bayi akan semakin terdorong ke bawah sehingga menyebabkan pembukaan jalan lahir. Kala I persalinan di sebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir menjadi 10 cm, yang berarti pembukaan sempurna dan bayi siap keluar dari rahim.
Masa transisi ini menjadi masa yang paling sangat sulit bagi ibu. Menjelang berakhirnya kala I, pembukaan jalan lahir sudah hampir sempurna. Kontraksi yang terjadi akan semakin sering dan semakin kuat. Anda mungkin mengalami rasa sakit yang hebat, kebanyakan wanita yang pernah mengalami masa inilah yang merasakan masa yang paling berat. Anda akan merasakan datangnya rasa mulas yang sangat hebat dan terasa seperti ada tekanan yang sangat besar ke arah bawah, seperti ingin buang air besar.
Menjelang akhir kala pertama, kontraksi semakin sering dan kuat, dan bila pembukaan jalan lahir sudah 10 cm berarti bayi siap dilahirkan dan proses persalinan memasuki kala II.

Selengkapnya mengenai tahap pembukaan baca disini: Proses Melahirkan: Apa yang Terjadi pada Fase Pembukaan?
Kala II; Tahap Pengeluaran Bayi

Pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Anda merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waku mengedan, kepala janin mulai kelihatan, vulva (bagian luar vagina) membuka dan perineum (daerah antara anus-vagina) meregang. Dengan mengedan terpimpin, akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Sebagai gambaran : Video Melahirkan
Ibu akan merasakan tekanan yang kuat di daerah perineum. Daerah perineum bersifa elastis, tapi bila dokter/bidan memperkirakan perlu dilakukan pengguntingan di daerah perineum (episiotomi), maka tindakan ini akan dilakukan dengan tujuan mencegah perobekan paksa daerah perineum akibat tekanan bayi

Senin, 13 Mei 2013

PROSES PERSALINAN

Tahapan Proses Persalinan


Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil, sebuah waktu yang menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan. Persalinan terasa akan menyenangkan karena si kecil yang selama sembilan bulan bersembunyi di dalam perut anda akan muncul terlahir ke dunia. Di sisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana terbayang proses persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu banyak, dan sebuah perjuangan yang cukup melelahkan.
Ada baiknya para calon ibu mengetahui proses atau tahapan persalinan seperti apa, sehingga para calon ibu dapat mempersiapkan segala halnya guna menghadapi proses persalinan ini. Proses persalinan terbagi ke dalam  empat tahap, yaitu :
kala I; Tahap Pembukaan
In partu (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur darah, karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar karnalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Pada kala ini terbagi atas dua fase yaitu:
Fase Laten: dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm
Fase aktif: yang terbagi atas 3 subfase yaitu akselerasi, steady dan deselerasi
Kala I adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam untuk kehamilan pertama dan 6-10 jam untuk kehamilan berikutnya. Pada tahap ini mulut rahim akan menjadi tipis dan terbuka karena adanya kontraksi rahim secara berkala untuk mendorong bayi ke jalan lahir. Pada setiap kontraksi rahim, bayi akan semakin terdorong ke bawah  sehingga menyebabkan pembukaan jalan lahir. Kala I persalinan di sebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir menjadi 10 cm, yang berarti pembukaan sempurna dan bayi siap keluar dari rahim.
Masa transisi ini menjadi masa yang paling sangat sulit bagi ibu. Menjelang berakhirnya kala I, pembukaan jalan lahir sudah hampir sempurna. Kontraksi yang terjadi akan semakin sering dan semakin kuat. Anda mungkin mengalami rasa sakit yang hebat, kebanyakan wanita yang pernah mengalami masa inilah yang merasakan masa yang paling berat. Anda akan merasakan datangnya rasa mulas yang sangat hebat dan terasa seperti ada tekanan yang sangat besar ke arah bawah, seperti ingin buang air besar.
Menjelang akhir kala pertama, kontraksi semakin sering dan kuat, dan bila pembukaan jalan lahir sudah 10 cm berarti bayi siap dilahirkan dan proses persalinan memasuki kala II.
Selengkapnya mengenai tahap pembukaan baca disini: Proses Melahirkan: Apa yang Terjadi pada Fase Pembukaan?
Kala II; Tahap Pengeluaran Bayi
Pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Anda merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waku mengedan, kepala janin mulai kelihatan, vulva (bagian luar vagina) membuka dan perineum (daerah antara anus-vagina) meregang. Dengan mengedan terpimpin, akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Sebagai gambaran : Video Melahirkan
Ibu akan merasakan tekanan yang kuat di daerah perineum. Daerah perineum bersifa elastis, tapi bila dokter/bidan memperkirakan perlu dilakukan pengguntingan di daerah perineum (episiotomi), maka tindakan ini akan dilakukan dengan tujuan mencegah perobekan paksa daerah perineum akibat tekanan bayi
Selengkapnya mengenai tahap II ini bisa di baca disni: Proses Melahirkan: Apa Yang Terjadi Pada Tahap Mendorong (Tahap II)?

Kala III; Tahap Pengeluaran Plasenta

Dimulai setelah bayi lahir, dan plasenta akan keluar dengan sendirinya. Proses melahirkan plasenta berlangsung antara 5-30 menit. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. Dengan adanya kontraksi rahim, plasenta akan terlepas. Setelah itu dokter/bidan akan memeriksa apakah plasenta sudah terlepas dari dinding rahim.  Setelah itu barulah dokter/bidan membersihkan segalanya termasuk memberikan jahitan bila tindakan episiotomi dilakukan

Kala IV; Tahap Pengawasan
Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap  bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selam kurang lebih dua jam. Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak banyak, yang berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim tempat terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa hari anda akan mengeluarkan cairan sedikit darah yang disebut lokia yang berasal dari sisa-sisa jaringan.
Pada beberapa keadaan, pengeluaran darah setelah proses kelahiran menjadi banyak. Ini disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot rahim. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan sehingga jika perdarahan semakin hebat, dapat dilakukan tindakan secepatnya.