Rabu, 12 Juni 2013

tahap persalinan

PENDAHULUAN
Persalinan (partus) adalah peristiwa keluarnya janin dari uterus. Persalinan terdiri dari dua peristiwa utama yaitu proses persalinan-kala I (labor) dan proses kelahiran-kala II (delivery).
Proses persalinan (labor) : proses dilatasi dan pendataran servik yang progresif akibat adanya kontraksi uterus yang berulang serta proses meneran untuk mengawali ekspulsi produk konsepsi.

Proses kelahiran (delivery) : ekspulsi janin dan plasenta.

Tujuan penatalaksanaan pada peristiwa persalinan [partus] adalah memungkinkan berlangsungnya proses tersebut secara normal dengan komplikasi ibu atau janin yang sangat minimal.

Staf penolong persalinan harus melakukan segala sesuatu untuk :
Memberikan kenyamanan bagi pasien dan menumbuhkan adanya interaksi staf kamar bersalin dengan keluarga.
Menjelaskan proses persalinan yang sedang berlangsung.
Memberi kesempatan bagi ibu untuk kontak fisik sedini mungkin dengan bayinya yang baru dilahirkan.
Mengantisipasi setiap permasalahan atau komplikasi yang terjadi.

Penatalaksanaan terbaik pada peristiwa persalinan adalah observasi yang baik dan melakukan intervensi dengan cara dan pada saat yang tepat.

Persalinan dan kelahiran adalah peristiwa kompleks yang melibatkan prostaglandin, cytokine dan hormon seksual steroid.

Jenis persalinan didasarkan pada usia kehamilan sehingga dikenal adanya persalinan preterm yang terjadi pada kehamilan < 37 mgg .
persalinan aterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan > 37 minggu.

PERSIAPAN FISIOLOGIS MENJELANG PERSALINAN

Sebelum onset “true labor” terjadi beberapa perubahan fisiologis.

Pada nulipara, biasanya kepala janin masuk panggul ± 2 minggu sebelum persalinan [lightening].

Kontraksi Braxton Hicks menjadi semakin sering (setiap 10 – 20 menit).

Beberapa hari sebelum persalinan, servik menjadi lunak-mendatar dan sedikit membuka serta terdapat ”show” (berupa lendir bercampur darah) .

Disebut inpartu, biasanya bila dilatasi servik sudah mencapai ≥ 2 cm.
“True labor” :
Kontraksi uterus berlangsung secara teratur dan semakin sering serta intensitas yang semakin kuat.
Rasa tak nyaman pada punggung dan abdomen .
Terjadi dilatasi servik.
Kontraksi uterus tak dapat dihentikan dengan pemberian sedasi.
“False labor”
Kontraksi uterus tidak teratus dan interval semakin panjang dan intensitas tidak berubah.
Rasa nyaman terutama pada bagian bawah abdomen.
Tidak terdapat dilatasi servik.
Rasa sakit umumnya hilang dengan pemberian sedasi.

KARAKTERISTIK PERSALINAN NORMAL

Stadium persalinan dibagi menjadi 3 :
Persalinan kala I : mulai saat inpartu sampai dilatasi lengkap
Persalinan kala II : mulai dilatasi lengkap sampai janin lahir
Persalinan kala III : Kala pengeluaran plasenta
[Persalinan kala IV] : 2 jam pasca persalinan

Gambar Kurve persalinan normal dan posisi kepala janin


Menurut Friedman 1967, Persalinan kala I terdiri dari 2 fase :
Fase LATEN (dilatasi 0 – 3 cm)
Fase AKTIF (dilatasi 3 – 10 cm)
Fase aktif :
Fase akselerasi
Fase dilatasi maksimal
Fase deselerasi
Pada fase aktif, kecepatan dilatasi servik pada nulipara ± 1.2 cm dan pada multipara ± 1.5 cm. Lama kala I persalinan pada nulipara 8 jam dan pada multipara 5 jam.

Evaluasi kemajuan persalinan

Persalinan Kala I dinilai melalui kecepatan perubahan pendataran dan dilatasi servik serta desensus bagian terendah janin.

Frekuensi dan durasi kontraksi uterus bukan tanda-tanda untuk menilai kemajuan proses persalinan pada kala I.
Persalinan kala II dimulai saat pembukaan lengkap. Kemajuan persalinan kala II dinilai dari desensus - fleksi dan putar paksi dalam bagian terendah janin.

PENATALAKSANAAN PERSALINAN NORMAL

Faktor yang perlu dinilai dan dicatat dalam persalinan :
Waktu terjadinya kontraksi uterus pertama kali, frekuensi kontraksi uterus, keadaan selaput ketuban, riwayat perdarahan atau gangguan pada gerakan janin.
Riwayat alergi, medikasi, saat makan terakhir.
Tanda vital ibu, protein urine dan glukosa serta pola kontraksi uterus.
Detik jantung janin, presentasi dan tafsiran berat badan janin.
Keadaan selaput ketuban, dilatasi & pendataran servik dan derajat penurunan bagian terendah janin melalui pemeriksaan dalam (vaginal toucher) kecuali bila terdapat kontraindikasi melakukan VT (perdarahan antepartum).
Pada saat masuk kamar bersalin perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium :
Hematokrit dan hemoglobin.
Faal pembekuan darah (waktu pembekuan dan waktu perdarahan).
Golongan darah.

PERSALINAN KALA I
Pasien diperkenankan untuk berjalan-jalan sesuai keinginannya.
Tidak perlu puasa, dapat diberikan makan dalam bentuk cair.
Bila perlu dapat diberikan cairan intravena untuk memenuhi kebutuhan cairan dan kalori.
Nadi dan tekanan darah diperiksa setiap 2 – 4 jam.
Dilakukan pencatatan keseimbangan cairan (produksi urine dan cairan intravena atau peroral).
Dapat dipertimbangkan pemberian analgesia bila pasien memerlukan oleh karena merasa sangat nyeri dan tidak bisa hilangk dengan pemberian informasi mengenai jalannya persalinan.
Pemeriksaan kesehatan janin melalui pemantauan janin dengan kardiotokografi.
Pada kasus resiko rendah dengarkan DJJ tiap 30 menit (pada kasus resiko tinggi setiap 15 menit) segera setelah kontraksi uterus.
Pemantauan kontraksi uterus melalui palpasi dilakukan tiap 30 menit untUk menentukan frekuensi, durasi dan intensitas his. Pada fase aktif penilaian dilatasi dan desensus dengan VT dilakukan tiap 2 jam.
Tindakan amniotomi rutin tidak boleh dilakukan sebelum dilatasi servik lengkap.

PERSALINAN KALA II
Pada awal kala II (dilatasi servik lengkap), terdapat reflek meneran dari ibu pada tiap kontraksi uterus.
Tekanan abdomen disertai dengan kontraksi uterus akan mendorong janin keluar dari jalan lahir.
Pada kala II, kemajuan persalinan ditentukan berdasarkan derajat desensus (gambar 12.2). Pada saat bagian terendah janin berada setinggi spina ischiadica maka dikatakan penurunan pada stasion 0.
Pada primigravida, umumnya kala II berlangsung selama ± 50 menit dan pada multigravida ± 20 menit.

MEKANISME PERSALINAN NORMAL

Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul -“seven cardinal movements of labor” yang terdiri dari :
Engagemen
Fleksi
Desensus
Putar paksi dalam
Ekstensi
Putar paksi luar
Ekspulsi
Gerakan-gerakan tersebut terjadi pada presentasi kepala dan presentasi bokong.

Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan jalan lahir dengan baik sehingga dapat terjadi persalinan per vaginam secara spontan.

Engagemen
Suatu keadaan dimana diameter biparietal sudah melewati pintu atas panggul.
Pada 70% kasus, kepala masuk pintu atas panggul ibu pada panggul jenis ginekoid dengan oksiput melintang (tranversal)
Proses engagemen kedalam pintu atas panggul dapat melalui proses normalsinklitismus , asinklitismus anterior dan asinklitismus posterior :
Normal sinklitismus : Sutura sagitalis tepat diantara simfisis pubis dan sacrum.
Asinklitismus anterior : Sutura sagitalis lebih dekat kearah sacrum.
Asinklitismus posterior: Sutura sagitalis lebih dekat kearah simfisis pubis(parietal bone presentasion

Fleksi

Gerakan fleksi terjadi akibat adanya tahanan servik, dinding panggul dan otot dasar panggul.
Fleksi kepala diperlukan agar dapat terjadi engagemen dan desensus.
Bila terdapat kesempitan panggul, dapat terjadi ekstensi kepala sehingga terjadi letak defleksi (presentasi dahi, presentasi muka).

Desensus

Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut sampai awal kala II; pada multipara desensus berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik.
Penyebab terjadinya desensus :
Tekanan cairan amnion
Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong
Usaha meneran ibu
Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi lurus)
Faktor lain yang menentukan terjadinya desensus adalah :
Ukuran dan bentuk panggul
Posisi bagian terendah janin
Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan panggul akan menyebabkan desensus berlangsung lambat.
Desensus berlangsung terus sampai janin lahir.

Putar paksi dalam- internal rotation
Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar paksi dalam pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul).
Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadang-kadang kearah posterior).
Putar paksi dalam berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.

Ekstensi

Aksis jalan lahir mengarah kedepan atas, maka gerakan ekstensi kepala harus terjadi sebelum dapat melewati pintu bawah panggul.

Akibat proses desensus lebih lanjut, perineum menjadi teregang dan diikuti dengan“crowning”

Pada saat itu persalinan spontan akan segera terjadi dan penolong persalinan melakukan tindakan dengan perasat Ritgen untuk mencegah kerusakan perineum yang luas dengan jalan mengendalikan persalinan kepala janin.

Episiotomi tidak dikerjakan secara rutin akan tetapi hanya pada keadaan tertentu.

Proses ekstensi berlanjut dan seluruh bagian kepala janin lahir.

Setelah kepala lahir, muka janin dibersihkan dan jalan nafas dibebaskan dari darah dan cairan amnion. Mulut dibersihkan terlebih dahulu sebelum melakukan pembersihan hidung.
Setelah jalan nafas bersih, dilakukan pemeriksaan adanya lilitan talipusat sekitar leher dengan jari telunjuk. Lilitan talipusat yang terjadi harus dibebaskan terlebih dahulu. Bila lilitan talipusat terlalu erat dapat dilakukan pemotongan diantara 2 buah klem.







Putar paksi luar- external rotation


Setelah kepala lahir, terjadi putar paksi luar (restitusi) yang menyebabkan posisi kepala kembali pada posisi saat engagemen terjadi dalam jalan lahir.


Setelah putar paksi luar kepala, bahu mengalami desensus kedalam panggul dengan cara seperti yang terjadi pada desensus kepala.
Bahu anterior akan mengalami putar paksi dalam sejauh 450 menuju arcus pubis sebelum dapat lahir dibawah simfisis.

Persalinan bahu depan dibantu dengan tarikan curam bawah pada samping kepala janin .
Setelah bahu depan lahir, dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu posterior.

Traksi untuk melahirkan bahu harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari cedera pada pleksus brachialis.
Setelah persalinan kepala dan bahu, persalinan selanjutnya berlangsung pada sisa bagian tubuh janin dengan melakukan traksi pada bahu janin.
Setelah kelahiran janin, terjadi pengaliran darah plasenta pada neonatus bila tubuh anak diletakkan dibawah introitus vagina.

Penundaan yang terlampau lama pemasangan klem pada talipusat dapat mengakibatkan terjadinya hiperbilirubinemia neonatal akibat aliran darah plasenta tersebut.

Sebaiknya neonatus diletakkan diatas perut ibu dan pemasangan dua buah klem talipusat dilakukan dalam waktu sekitar 15 – 20 detik setelah bayi lahir dan kemudian baru dilakukan pemotongan talipusat diantara kedua klem.


PERSALINAN KALA III
Persalinan kala III adalah periode persalinan antara lahirnya janin sampai lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Akibat masih adanya kontraksi uterus, ukuran plasenta dan “plasental site” mengecil sampai tersisa 25% → hematoma retroplasenta → terjadi separasi plasenta.
Separasi plasenta umumnya terjadi 5 menit setelah anak lahir.
Penatalaksanaan kala III :
Penatalaksanaan klasik atau tradisional
Penatalaksanaan aktif
Penatalaksanan fisiologik (ekspektatif)
Separasi plasenta dan selaput ketuban dibiarkan terjadi secara spontan.
Tanda separasi plasenta :
Darah segar keluar dari vagina.
Talipusat didepan vulva menjadi bertambah panjang.
Fundus uteri naik.
Bentuk uterus menjadi bulat dan mengeras
Setelah tanda separasi muncul, dilakukan masase uterus agar terjadi kontraksi uterus. Uterus yang sedang berkontraksi didorong kearah pelvis sehingga plasenta dan selaput ketuban bergerak seperti “piston” keluar vagina.
Plasenta yang keluar dicekap dan dipeluntir agar plasenta dan selaput ketuban dapat keluar secara utuh.

Penatalaksanaan aktif
Cara ini diyakini dapat menurunkan angka kejadian perdarahan pasca persalinan dari 4% menjadi 2%.
Setelah janin lahir, disuntikkan methergin 0.5 ml i.m (atau oksitosin bila terdapat kontra-indikasi pemberian methergin)
Untuk menghindari inversio uteri traksi talipusat hanya dilakukan saat ada kontraksi uterus dan dengan meletakkan tangan suprasimfisis
Klem talipusat dipegang dengan tangan kanan dan talipusat diregangkan.
Tangan kiri melakukan masase fundus uteri, bila sudah timbul kontraksi uterus, tangan kiri dipindahkan supra-simfisis dan kemudian dilakukan tarikan talipusat secara terkendali untuk melahirkan plasenta.
Jangan melakukan tarikan pada talipusat untuk melahirkan plasenta pada saat tidak ada kontraksi uterus untuk mencegah terjadinya inversio uteri.





Inspeksi Plasenta dan selaput ketuban
Plasenta dan selaput ketuban diperiksa dengan jalan memegang talipusat untuk membuat plasenta dalam keadaan tergantung dan memeriksa “fetal surface” untuk melihat adanya pembuluh darah yang melewati tepi selaput ketuban.
Selaput ketuban diperiksa untuk memastikan tidak adanya selaput yang tertinggal dalam uterus.
“Maternal surface” plasenta diperiksa untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kotiledon yang tertinggal dalam uterus.




Retensio Plasenta
Batasan umum yang digunakan untuk retensio plasenta adalah bila plasenta tetap berada dalam uterus selama 1 jam.
Keadaan ini sering disertai dengan perdarahan pasca persalinan.

Etiologi:
Inkarserasi dari plasenta yang sudah lepas seluruhnya dengan ostium servik yang sudah menutup.
Atonia uteri.
Plasenta akreta ( melekat pada desidua dan miometrium) atau plasenta perkreta ( menembus sampai peritoneum viseralis/serosa).

Penatalaksanaan :
Bila perdarahan sangat banyak maka plasenta harus segera dilahirkan dengan cara-cara yang sudah dijelaskan atau dilakukan plasenta manual.
Plasenta akreta atau plasenta perkreta memerlukan tindakan histerektomi.
Inspeksi Jalan Lahir
Setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, perdarahan biasanya berhenti.
Bila terdapat robekan perineum atau terdapat luka akibat tindakan episiotomi maka hal tersebut memerlukan perbaikan.
Pada persalinan dengan ekstraksi cunam, inspeksi jalan lahir harus meliputi servik.
PERBAIKAN LUKA JALAN LAHIR

Episiotomi
Episiotomi adalah insisi pada perineum dan vagina yang sudah sangat teregang untuk mencegah agar tidak terjadi perluasan dan robekan jalan lahir tak beraturan yang akan dapat menyebabkan terjadinya prolapsus uteri kelak.
Pandangan saat ini adalah bahwa tindakan episiotomi tidak boleh dilakukan secara rutin oleh karena dapat menyebabkan nyeri perineum yang berkepanjangan dan gangguan hubungan seksual sampai 6 bulan pasca episiotomi.


Bila luka episiotomi meluas menjadi ruptura perinei derajat III dan IV, sfingter ani harus diperbaiki dengan baik agar tidak terjadi inkontinensia urine dan atau inkontinensia ani.

Bila episiotomi harus dikerjakan karena regangan perineum yang sangat berlebihan, maka maksud dan tujuan dari tindakan tersebut harus dijelaskan pada pasien dan keluarganya terlebih dahulu. Tindakan episotomi harus dengan ijin pasien.

Episiotomi harus dikerjakan dengan anestesi regional atau lokal.
Episotomi dapat dikerjakan secara medial [midline] atau mediolateral.

Episiotomi Mediana :

- Perdarahan sedikit.
- Mudah meluas menjadi ruptura perinei totalis.
- Tehnik perbaikan lebih mudah.
- Keluhan dispareunia atau nyeri pasca persalinan minimal .

Episiotomi Medio-lateral:
- Perdarahan lebih banyak.
- Jarang meluas menjadi ruptura perinei totalis.
- Tehnik perbaikan lebih sulit.
- Keluhan dispareunia dan nyeri pasca persalinan lebih sering terjadi.



Ruptura perinei
Dikenal 4 derajat ruptura perinei :
Derajat I : cedera pada commisura posterior, mukosa vagina dan otot dibelakangnya menjadi terbuka.
Derajat II : cedera dinding vagina bagian posterior dan otot perineum, sfingter ani utuh.
Derajat III : robekan pada sfingter ani namun mukosa rektum utuh.
Derajat IV : kanalis ani terbuka dan robekan dapat meluas ke rectum.

Prinsip perbaikan luka episiotomi :
1. Hemostasis.
2. Restorasi anatomis tercapai tanpa jahitan berlebihan.
3. Benang yang digunakan chromic cat-gut atau poliglikolik # 3-0 .


Perbaikan pada ruptura perinei derajat IV


Gambar Perbaikan ruptura perinei totalis
A. Mendekatkan mukosa dan submukosa anorektum dengan benang “absorable” (misalnya chromic # 3-0 atau 4-0 atau Vicryl. Dilakukan identifikasi tepi atas laserasi canalis ani dan jahitan ditempatkan melalui submukosa anorektum dengan jarak ± 0.5 cm kearah lubang anus.
B. Lapisan kedua ditempatkan melalui otot rectum dengan Vicryl 3-0 secara jelujur atau terputus. ” Lapisan penguat” ini harus disatukan dengan ujung luka pada sfingter ani ( berupa otot polos sirkuler sejauh 2 – 3 cm dari canalis ani)
C. Dilakukan identifikasi ujung sfingter ani eksterna yang putus dan kemudian dijepit dengan “Allis” klem
D. 4 jahitan terputus pada otot sfingter ani yang terputus posisi jam 3-6-9-12

Robekan servik
Robekan servik dapat terjadi bila pasien meneran pada saat dilatasi servik belum lengkap dan ketuban sudah pecah.
Pasca tindakan persalinan operatif pervaginam (ekstraksi cunam), dapat menyebabkan terjadinya robekan servik.
Untuk keperluan hemostasis perbaikan robekan servik harus dimulai pada apex luka.


PENATALAKSANAAN PASCA PERSALINAN
Sebelum dirawat di ruang perawatan nifas, pasien pasca persalinan harus
Keadaan umum baik .
Kontraksi uterus baik dan tidak terdapat perdarahan pervaginam.
Cedera perineum sudah diperbaiki.
Kandung kemih kosong.

Penghilang Rasa Sakit Bersalin



Yang mana pilihan Ibu?

Bagaimana rasanya melahirkan memang sulit diperkirakan. Rasa sakit yang dirasakan pun berbeda-beda. Ada yang merasakan sangat sakit sehingga perlu pertolongan untuk mengatasinya. Ada baiknya untuk mengetahui sebelumnya penghilang rasa sakit jenis apa yang tersedia untuk Ibu , maka akan lebih mudah bagi Ibu untuk membuat keputusan di tengah-tengah kontraksi.

Petidin

Penawar rasa sakit ini merupakan versi sintetis dari morfin dan mempunyai banyak kegunaan:
Hanya butuh waktu 20 menit untuk mulai berfungsi.
anyakan pada dokter Ibu untuk penggunaan zat ini.
Petidin dapat diinjeksikan atau diberikan melalui selang yang dapat dikontrol.

Petidin biasanya diberikan bersama satu obat lain untuk menghentikan perasaan tidak enak badan yang kadang terjadi. Hanya dapat diberikan selama tahap pertama proses melahirkan.

Petidin dapat memperlambat proses melahirkan. Jika diberikan segera sebelum proses persalinan, petidin dapat mempengaruhi pernafasan dan keinginan minum susu pada bayi serta membuat mereka sangat mengantuk. Bila diperlukan Ibu bisa meminta dokter Ibu memberikan penawar bius ini pada bayi Ibu. Banyak ibu baru yang merasa tertolong saat proses melahirkan dengan petidin.

Meptid

Meptid dapat diberikan bila Ibu memerlukan bantuan ekstra untuk menghadapi kontraksi yang kuat. Biasanya meptid mulai berfungsi hanya dalam 15 menit.

Meptid manfaatnya sama dengan petidin tapi tidak mempengaruhi pernafasan bayi Ibu . Namun, meptid bisa membuat Ibu merasa pusing dan tidak enak badan.

Karena Meptid tidak selalu tersedia, tanyakan pada dokter Ibu sebelumnya apakah rumah sakit Ibu benar menggunakannya.

Epidural

Bagi 90% wanita epidural membuat kontraksi mereka sama sekali tidak terasa. Karena epidural tidak menyebabkan rasa kantuk atau membuat kepala Ibu pusing, Ibu bisa mengikuti proses melahirkan dari tahap-ke tahap. Epidural pada dasarnya adalah bius lokal (mirip dengan yang dilakukan dokter gigi) yang diinjeksikan pada punggung bawah Ibu atau lewat infus, yang pelepasannya diatur waktunya.

Epidural bisa menjadi pilihan yang baik untuk membantu proses persalinan. Apabila Ibu tertarik untuk menggunakannya, Ibu bisa berkonsultasi dengan rumah sakit dan dokter Ibu terlebih dahulu.

Kapan ibu bisa menggunakan Epidural?

Sebagian besar wanita menggunakan epidural bila mulut rahim mengalami pelebaran (dilatasi) atau pembukaan jalan lahir kira-kira lima sampai enam sentimeter dan kontraksinya kuat. Jika dilatasi Ibu lebih dari itu mungkin dokter Ibu mungkin menyarankan agar menggunakan penghilang rasa sakit bentuk lain.

Apa efek sampingnya?

Bius epidural dapat membuat proses melahirkan semakin lama, karena kontraksi bisa tidak terasa, sehingga tidak tahu kapan harus mengejan. Akibatnya dokter Ibu harus memberitahu Ibu kapan harus mengejan.

Bius epidural kadang-kadang membuat Ibu sulit untuk bergerak bebas. Epidural dapat menurunkan tekanan darah, meskipun Ibu diberi infus untuk mencegahnya.

Ibu juga bisa merasa menggigil dan tidak bisa merasakan dorongan buang air kecil hingga dipasangi kateter- selang kecil yang dimasukkan ke dalam kandung kemih. Dalam kasus tertentu, bius epidural dapat menyebabkan sakit kepala, namun hal ini dapat diatasi dengan mudah.

Epidural Gerak atau Mobile Epidural

Cara ini cukup efektif menghilangkan rasa sakit selama melahirkan. Tidak seperti pada epidural, dengan cara ini Ibu masih bisa merasakan kaki Ibu . Hal itu dapat mengurangi kemungkinan bantuan persalinan karena Ibu masih bisa mengejan dengan efektif.

Epidural gerak diberikan seperti epidural biasa. Ibu bisa menggunakannya bahkan sebelum tahap pertama proses melahirkan. Epidural gerak pada dasarnya adalah kombinasi obat bius dan penghilang rasa sakit.

Bila Ibu tertarik, jangan lupa untuk berkonsultasi pada dokter dan rumah sakit tempat Ibu akan bersalin.

Kombinasi Epidural Spinal atau Combined Spinal Epidural (CSE)

Jika Ibu perlu menghentikan rasa sakit dengan cepat tetapi ingin tetap bisa berjalan, pilihan ini bisa dilakukan. CSE diberikan selama tahap pertama proses melahirkan. Penawar rasa sakit diinjeksikan ke punggung Ibu bersamaan dengan pemberian epidural. Begitu efek injeksi spinal habis, bius akan diberikan melalui saluran di epidural agar Ibu tetap terbebas dari rasa sakit.

Spinal (bius lokal)

Jika Ibu tidak ingin merasakan adanya kontraksi atau rasa sakit selama tahap kedua proses melahirkan maka pilihan ini tepat sekali, terutama jika Ibu hendak menjalani proses persalinan dengan bantuan. Spinal kadang-kadang digunakan selama tahap pertama proses melahirkan, dikombinasikan dengan epidural.

Jika Ibu memilih spinal maka Ibu akan diinjeksi di bagian punggung Ibu dengan jarum yang sangat halus. Penghilang rasa sakitnya langsung berfungsi dan berlangsung selama dua jam namun tidak dapat dihentikan.



Karena itulah maka spinal biasanya dikombinasikan dengan epidural untuk memastikan Ibu menikmati proses melahirkan tanpa rasa sakit.

Pilihan Persalinan



Memilih persalinan yang ibu inginkan

Kalau kehamilan Ibu tidak bermasalah, tentu dokter akan membebaskan Ibu memilih persalinan yang paling nyaman untuk Ibu.

Diskusikan hal ini dengan suami dan dokter. Kalau pun Ibu mau merubah pilihan, ketika saat persalinan tiba, dokter juga akan membantu yang terbaik untuk Ibu.

Melahirkan di Rumah Sakit Bersalin

Jika memilih melahirkan di rumah sakit, Ibu akan dibantu oleh para ahli dengan fasilitas lengkap. Ibu bisa memilih pereda sakit yang akan digunakan, dan mendapat fasilitas operasi caesar yang cepat selain itu, dalam keadaan darurat Ibu akan bisa ditangani dengan cepat.

Cari informasi tentang fasilitas rumah sakit sesuai pilihan persalinan yang akan Ibu jalani. Tulis pilihan persalinan yang ibu inginkan di rencana persalinan. Pihak rumah sakit tentu akan berusaha memberikan yang terbaik untuk kenyamanan pasien.

Jangan lupa, libatkan suami dalam apapun keputusan Ibu.

Persalinan alami

Persalinan alami adalah cara paling aman dan mudah untuk Ibu dan bayi Ibu. Ketika mendekati saatnya melahirkan, dokter akan memeriksa posisi bayi agar proses melahirkan berjalan aman.

Proses ini memang menimbulkan rasa sakit. Tapi sekarang kan banyak pilihan pereda sakit yang bisa Ibu diskusikan dengan dokter.

Operasi Caesar

Persalinan dengan operasi caesar atau dikenal juga dengan sebutan section caesarian akan menjadi pilihan dokter bila persalinan normal beresiko untuk Ibu dan bayi. Misalnya plasenta atau ari-ari menutup jalan lahir (plasenta previa) atau ibu mengidap pre-eklampsia / tekanan darah tinggi.

Masa pemulihan kesehatan Ibu setelah operasi caesar juga lebih lama dari persalinan alami.

Melahirkan Dalam Air

Melahirkan dalam air atau waterbirth kini banyak dipilih calon Ibu. Persalinan ini dianggap tidak menimbulkan stress atau trauma pada bayi karena mereka lahir di lingkungan yang serupa dengan suasana dalam rahim Ibu.

Bagi Ibu, persalinan ini juga mengurangi stress dan tidak terlalu membutuhkan pereda sakit. Jangan takut soal pernafasan bayi . Karena bayi belum mulai bernafas hingga mereka berada di udara terbuka.

Beberapa rumah sakit menyediakan bath-up, shower atau kolam jika Ibu memilih melahirkan dalam air. Tapi cermati dulu apa saja yang ditawarkan oleh rumah sakit .

Rencana dan Tahap Persalinan



Persalinan merupakan momen yang paling ditunggu sekaligus paling dicemaskan. Sebetulnya Moms tidak perlu takut atau kuatir menghadapi hari paling menakjubkan tersebut karena kita dapat mempersiapkan diri baik secara psikis dan fisik melalui pengetahuan yang benar tentang seluk beluk persalinan. Membuat rencana persalinan jauh-jauh hari akan mempersiapkan mental Moms lebih baik lagi.

Informasi di bawah ini tidak dimaksudkan sebagai anjuran tindakan medis. Jika Moms membutuhkan tindakan medis, kami anjurkan untuk melakukan pemeriksaan medis secara menyeluruh.

Proses Persalinan Kucing dan Pertolongannya



Tentunya anda menginginkan proses melahirkan pada kucing kesayangannya berjalan lancar.

Beberapa tips di bawah ini mungkin bisa membantu menangani kucing yang akan melahirkan agar anda tidak panik dan juga dapat meringankan proses induk kucing dalam melahirkan anak-anaknya secara normal.

Persiapan Proses Kelahiran


Setelah memasuki usia kehamilan antara 65 - 70 hari (masa melahirkan), anda harus selalu memperhatikan kondisinya, karena sewaktu-waktu kucing akan melahirkan.
Siapkan peralatan berikut ini.
- Gunting
- Benang
- Baskom
- Kapas
- Beberapa Lap Kering yang lembut (sediakan cukup banyak)
- Alcohol 70%



Proses Kelahiran

Tahap Pertama



Saat kucing sudah benar-benar akan lahir atau disebut juga masa kritis, akan ditandai dengan kegelisahan induk kucing yang semakin meningkat.
Induk akan mengeong dan berjalan berputar-putar terus, sediakan tempat seperti kardus atau nampan yang lebar dan dialasi kain kering.



Tahap Kedua


Selanjutnya air ketuban akan pecah, membasahi bagian belakang (ekor paha belakang dan sekitarnya).
Bila sudah seperti itu, umumnya tidak lama kemudian akan lahir anak kucing satu persatu.
Jika setelah 1-2 jam pecahnya ketuban dan anak kucing tidak lahir-lahir sebaiknya kucing sesegera mungkin dibawa ke dokter hewan untuk dibantu proses persalinannya, agar secepatnya dapat diambil tindakan medis jika kucing perlu penanganan tenaga profesional.



Tahap Ketiga


Pada kelahiran anak pertama biarkan dan perhatikan kucing, apakah mau membersihkan selaput yang menyelimuti anaknya (biasanya induk yang pintar dan baik akan memakan plasenta dan menjilati selaput tersebut dan merawat anaknya satu-persatu).
Namun jika tidak secepatnya ambil tindakan untuk membersihkan selaput dengan kain kering lembut hingga benar-benar kering dengan cara digosok-gosok. Jangan ragu melakukan hal ini hingga benar-benar kering, maksud dari menggosok adalah merangsang anak kucing.
Serta pastikan hidung kucing tidak tersumbat oleh lendir, dengan cara disedot menggunakan pipet untuk dapat bernafas sendiri.
Dan kemudian memotong plasenta dengan gunting yang sudah direndam alkcohol sebelumnya (agar steril), lalu tali pusatnya ikat dengan benang sekitar 1 cm dari perut anak kucing tersebut.
Selanjutnya letakkan bayi kucing tersebut pada nampan/kardus di samping induknya, bila perlu beri lampu diatasnya agar hangat.
Lakukan hal yang sama pada anak kucing yang lainnya.
Biasanya anak/bayi2 kucing tersebut berurutan kelahirannya setiap beberapa menit, namun bisa juga lebih lama dari itu, dikarenakan induknya tidak melakukan tugasnya dengan benar, atau bisa juga karena kelelahan atau hal-hal lainnya.



Tahap Keempat


Setelah semua bayinya lahir, bersihkan sisa-sisa bekas melahirkan tersebut sampai bersih dengan menggunakan pembersih lantai yang mengandung anti bakteri.
Umumnya induk kucing akan beristirahat sejenak sambil membersihkan tubuhnya, kemudian dia akan memberikan susu pertama yang mengandung colostrum pada anak-anaknya.



Tahap Kelima


Letakan tempat makan dan minum di dekatnya agar sang induk tidak berlama-lama meninggalkan anaknya bila ingin minum ataupun makan, sehingga induknya merasa aman dan nyaman dalam melindungi anak-anaknya.

TANDA SERTA TAHAP PERSALINAN

1. Diawali kontraksi
Normalnya, di minggu ke 38-40 kehamilan, kepala janin sudah mulai turun ke rongga panggul. Bersamaan dengan itu, otot-otot rahim pun mulai melakukan gerakan mengerut dan meregang secara bergantian, terus-menerus secara teratur. Gerakan otot rahim seperti inilah yang disebut kontraksi.
Seperti apakah rasanya? Ada yang mengatakan nyeri seperti diperas, kaku dan tegang di perut, khususnya bagian bawah, atau mulas seperti ingin buang air besar.
Frekuensi terjadinya kontraksi semakin lama semakin meningkat, begitu juga dengan kekuatannya. Awalnya, jarak waktu antara kontraksi yang satu dan selanjutnya cukup panjang, biasanya selang satu jam. Lalu, semakin memendek, bisa tiap 30 menit, 15 menit, dan menjelang waktunya bayi lahir, jarak kontraksi bisa mencapai 2 atau 1 menit sekali.Sewaktu jarak antar-kontraksi masih jauh, mungkin rasa nyeri terasa hanya pada bagian atas perut. Namun seiring dengan kemajuan proses awal ini, rasa nyeri semakin menjalar ke bagian bawah perut, bahkan ke arah bawah punggung dan belakang pinggang. Saat mulut rahim sudah membuka sempurna, rasa nyeri yang hebat di daerah tadi akan terasa sangat kuat.


2. Jalan lahir membuka
Saat otot rahim mengerut, ukuran rahim akan mengecil, sehingga kepala janin semakin terdorong ke arah bawah (jalan lahir). Bersamaan dengan itu, mulut rahim sedikit demi sedikit mulai membuka.
Perlu Anda ketahui, sejak terjadinya kehamilan, secara alami mulut rahim tertutup oleh semacam sumbat berupa lendir kental. Sumbat lendir ini bertugas menjaga agar kehamilan bisa terus berjalan sekaligus melindungi janin dari kuman. Nah, pada awal tahap pembukaan mulut rahim, sumbat lendir itu terbuka dan lendir (yang berwarna merah muda) keluar melalui vagina.
Mulut rahim yang semula hanya membuka sedikit, seiring dengan datangnya kontraksi yang semakin kuat, akan terus melunak dan terbuka semakin lebar. Lama-kelamaan, mulut rahim akan terlihat semakin datar dan menyatu dengan rahim bagian bawah. Saat inilah pembukaan lengkap terjadi.
Pembukaan mulut rahim biasanya dihitung dengan satuan sentimeter (cm). Bila dokter mengatakan mulut rahim Anda sudah pembukaan 8, artinya jalan lahir sudah membuka sepanjang 8 cm. Pembukaan mulut rahim dikatakan lengkap bila sudah mencapai pembukaan 10, atau 10 cm.
Lamanya tahap pembukaan jalan lahir dari awal hingga sempurna, bervariasi pada setiap kehamilan. Namun, secara gamblang tahap persalinan dibagi atas:
* Kala/tahap I laten: di mulai dari tanpa pembukaan sampai pembukaan 2, yang bisa berlangsung 24-48 jam,
* Kala I aktif: dimulai dari pembukaan 3-10, yang berlangsung sekitar 7 jam pada persalinan anak pertama, 3 1/2 jam pada persalinan bukan pertama.
* Kala II: disebut fase mengejan, pada pembukaan 10/lengkap yang bisa berlangsung maksimal 1 jam.
* Kala III: adalah fase melahirkan plasenta, hanya berlangsung sekitar 15 menit.
Penting diingat, menjelang akhir kala I, meski Anda merasakan mulas yang luar biasa, Anda masih belum boleh mengejan. Sebab, saat ini mulut rahim belum membuka sempurna. Bila Anda mengejan saat ini, bisa mengakibatkan jalan lahir membengkak dan terjadi perobekan.
Jadi, harus bagaimana? Bernapaslah dalam-dalam dan hembuskan perlahan. Lakukan hal ini berulang-ulang setiap kali rasa nyeri yang luar biasa itu datang.
Bila mulut rahim sudah membuka sempurna, artinya Anda sudah melewati tahap pertama dari proses persalinan, dan siap menuju tahap kedua, yaitu kelahiran bayi.


3. Siap lahir
Bila tidak ada hambatan, misalnya tali pusar yang melilit anggota tubuh janin, maka tahap yang dikenal dengan kala II ini berlangsung jauh lebih cepat dibanding tahap sebelumnya. Ada yang melewatinya tidak lebih dari 30 menit, meski ada juga yang lebih.
Pada tahap ini, kepala janin yang memang sudah tepat berada di mulut rahim akan terus mendesak. Bersamaan dengan itu, secara alamiah, rahim dan vagina akan membentuk semacam cekungan yang menjadi jalur untuk dilewati bayi. Saat ini, Anda akan merasakan tekanan yang sangat kuat di daerah perineum (daerah antara vagina dan anus).
Saat kepala janin sudah di ambang pintu dan siap keluar, lendir dan darah yang keluar dari vagina semakin bertambah. Selain itu, desakan kuat kepala janin akan menyebabkan kantung ketuban pembungkus janin pecah lebih awal atau saat pembukaan lengkap, sehingga cairan ketuban keluar membasahi daerah vagina. Cairan ini sekaligus membuat jalan lahir semakin licin yang justru memudahkan bayi meluncur keluar dengan mulus. Setelah pembukaan benar-benar lengkap dan kepala bayi sudah terlihat di pintu lahir, saat inilah Anda diijinkan mengejan.
Ikuti saja baik-baik panduan penolong persalinan Anda. Ikuti aba-abanya, kapan Anda menarik napas dan kapan waktunya mengeluarkan napas sambil mengejan, Mengapa harus demikian? Sebab, saat mengejan harus dilakukan berbarengan dengan saat kontraksi datang, sehingga bayi akan lebih mudah meluncur di jalan lahirnya.
Saat kepala bayi berhasil keluar dari mulut vagina, bagian tubuh bayi yang masih di dalam secara alami akan berputar dengan sendirinya. Kondisi ini memungkinkan bagian bahu dan seluruh tubuh bayi keluar. Kini sambutlah kehadiran buah hati Anda di dunia dengan penuh cinta dan syukur. Anda bisa meminta penolong persalinan untuk membawakan bayi Anda sesaat dalam dekapan Anda.


4. Pelepasan Plasenta
Dengan lahirnya sang buah hati, purna sudah tugas plasenta atau ari-ari yang selama ini menemaninya di dalam rahim. Plasenta yang selama 9 bulan lebih bertugas mensuplai nutrisi dan oksigen, mengeluarkan sisa metabolisme serta sebagai organ yang menyalurkan antibodi ke tubuh janin, juga harus dilahirkan. Proses yang terjadi dalam tahap ketiga ini biasanya berlangsung tidak lebih dari 15 menit. Setelah bayi keluar, kontraksi masih terus berlangsung, meski tidak sehebat sebelumnya. Tujuannya untuk membantu melepaskan plasenta dari tempat menempelnya di dinding rahim. Hampir sama seperti proses kelahiran bayi, Anda akan diminta mengejan bersamaan dengan datangnya kontraksi.
Untuk memeriksa apakah seluruh plasenta sudah terlepas dari dinding rahim atau belum, penolong persalinan akan menekan perut Anda. Setelah itu, ia akan menarik perlahan-lahan tali pusar agar plasenta bisa keluar. Setelah seluruh plasenta beserta tali pusar keluar, barulah tubuh Anda dibersihkan. Kini selesailah sudah seluruh tahap proses persalinan. Anda pun memasuki babak baru dalam hidup Anda, yakni menjadi seorang ibu.

Memahami Proses Persalinan


Proses persalinan merupakan momen yang sangat dinanti. Kehamilan secara menyeluruh akan diakhiri dengan terjadinya kelahiran. Persalinan yang telah dekat akan ditandai dengan beberapa gejala di antaranya terjadinya pembukaan mulut rahim. Pecahnya ketuban dan terjadinya kontraksi yang kontinyu atau teratur. Jika ketiga tanda-tanda tersebut telah muncul maka calon ibu diharapkan segera ke dokter yang akan menangani proses persalinan selanjutnya. Bagaimana proses persalinan tersebut berlangsung? Berikut uraiannya.

Pada dasarnya, dalam dunia medis, proses persalinan dibagi menjadi tiga tahapan yakni tahap kala 1, tahap kala 2 dan tahap kala 3. Tahapan kala 1 adalah stadium dilatasi serviks. Kala 1 ini berlangsung mulai dari onset persalinan sampai pada dilatasi serviks yang kompleks. Durasi waktu secara umum dari kala 1 ini adalah 10 sampai 12 jam di primigravida nda antara 4 hingga 6 jam pada multipara. Kala 1 ini juga disebut dengan nama tahap pembukaan sebab memang dimulai dengan keluarnya lendir bercampur darah yang merupakan penutup mulut rahim. Kala 1 ini dibagi lagi ke dalam dua fase yakni fase laten dan juga fase aktif. Fase laten ditandai dengan terjadinya pembukaan serviks yang berjalan lambat hinnga ukuran 3 cm. Sementara itu fase aktif adalah tahapan yang dibagi lagi ke dalam 3 subfase yakni akselerasi, steady dan juga deselerasi. Di akhir kala 1, pembukaan jalan lahir sang janin sudah mendekati sempurna dan ditandai dengan kontraksi yang sering dan makin kuat.



Adapun kala dua, berlangsungnya dari dilatasi lengkap serviks sampai pada kelahiran janin. Kala dua ini sendiri bisa berlangsung selama tiga perempat sampai 1 jam di primigravida dan berkisar di angka 15 hingga 30 menit pada multipara. Kala 2 biasa juga disebut dengan tahap keluarnya bayi dari perut ibunya. Pada fase ini perasaan mulas mulai terkoordinir dan semakin kuat. Kepala bayi mulai turun dan masuk ke dalam ruang panggul hingga tejanan pada otot akan menimbulkan rasa layaknya mengedan. Ibu akan merasaan sensasi seperti saat hendak buang air besar. Saat mengedan, kepala sang janin akan mulai terlihat dan bagian luar vagina kemudian membuka. Sementara itu area antara anus dan vagina akan meregang. Dengan mengedan secara teratur dan rileks, maka bayi akan lahir yang dimulai dari kepala dan kemudian semua badan.




Tahapan proses persalinan yang terakhir adalah kala tiga yang merupakan stadium dimana terjadi pelepasan dan keluarnya plasenta. Proses ini bisa memakan waktu 5 menit sampai 1 jam dengan rahim yang terus berkontraksi setiap 2 sampai 3 menit.

Proses persalinan biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah:


Power. Merupakan kekuatan atau tenaga yang bersumber dari kontraksi dan juga retraksi otot-otot pada rahim ibu. Selain itu, kekuatan ini juga bersumber dari kontraksi otot pada bagian perut juga diafragma saat ibu mengejan.
Faktor selanjutnya adalah passage. Janin yang hendak dilahirkan harus melalui rongga panggul, servisk dan kemudian vagina. Agar bisa keluar, janin harus bisa mengatasi tekanan yang dimunculkan oleh struktur panggul.
Faktor selanjutnya adalah passanger. Merupakan jalan lahir bagi janin dan juga bagian janin yang paling besar yakni kepala.